Kamis, 29 Desember 2011

alm Suhu PGB


Subur Rahardja

Nama lain untuk Lim Sin Tjoei, pendiri perguruan silat Persatuan Gerak Badan Bangau Putih di Jakarta. Lahir di Bogor, Jawa Barat 4 April 1925 dan meninggal di Bogor 1 Januari 1986. Perguruan ini kemudian menjadi terkenal sehingga muridnya tersebar di seluruh pelosok Indonesia dan bahkan di luar negeri. Dia diajar ilmu silat oleh paman dan sekaligus gurunya, Lim Kim Bouw, sejak berusia enam tahun. Tetapi ia juga belajar pada guru dari berbagai aliran lain, seperti Tjong Koem Wie, Gusti Agung Bagus Jelantik Bale, dan H. Dulhamid.

Setelah memperoleh kemantapan dalam penguasaan ilmu silat, ia mendirikan perguruan silat Persatuan Gerak Badan Bangau Putih (17 Desember 1952). Di perguruan ini Subur menciptakan jurus-jurus silat dengan menggunakan burung bangau sebagai lambang. Ia memilih burung bangau karena gerakan burung ini luwes tetapi bertenaga. Di samping itu, burung bangau tak pernah mencari musuh, hidup tenang, dan damai. Falsafah ini mendasari setiap jurus ciptaannya, seperti jurus "bangau mengitari sarang", "bangau menangkap ikan", "tongkat pengukur benua", sampai jurus tanpa nama.





encyclopedia/2b26429b3d176b45f15f011d576ee6d0
Subur Rahardja

Seruling Dewata

Karya Nyata Gotong-Royong
Body Earth Healing »

21 Aug
Seruling Dewata

Posted August 21, 2011 by Shangkala in HISTORY, ART & CULTURE NUSANTARA. 1 Comment

Sumber :

Pasraman Serulung Dewata

www.serulingdewatabali.com



Pasraman Seruling Dewata didirikan pada tanggal 26 Nopember 2007 Beralamat di Br. Bunutpuhun-Desa Bantas-Kecamatan Selemadeg Timur – Kabupaten Tabanan-propinsi Bali. Merupakan wujud dari sebuah perjuangan panjang dari Ki Nantra Dewata Sesepuh Generasi IX Perguruan Seruling Dewata beserta para perintis lainnya yang bertekad melestarikan nilai-nilai luhur Bali Kuno peninggalan Pertapaan Candra Parwata di Gunung Watukaru (sakawarsa 463). Usaha ini dirintis mulai tahun 1985 dan tahun 1994 baru mendapat legalitas secara nasional di Indonesia. Pada tahun 2003 tanggal 26 November mendirikan Wisma Sesepuh di Br. Denbantas – Tabanan-Propinsi Bali sebagai pusat pelatihan ilmu-ilmu luhur Bali Kuno. Dan setelah berhasil membangun Pasraman Seruling Dewata tgl 26 Nopember 2007 maka pemusatan latihan di Pasraman Seruling Dewata sedangkan Wisma Sesepuh dijadikan sebagai tempat Sesepuh Ki Nantra Dewata Bermeditasi dan mengajarkan ilmu-ilmu penting dan rahasia pada siswa perintis.

Adapun beberapa ilmu Bali Kuno Peninggalan Pertapaan Candra parwata yang dilestarikan Dalam Perguruan Seruling Dewata antara lain :
1. Kanda Pat ilmu meditasi olah bathin dan jiwa tradisional Bali Kuno,
2. Walian Sakti mempelajari Ilmu Pengobatan Bali Kuno,
3. Ilmu Silat Bali Kuno mempelajari 72 ilmu silat Bali Kuno.
4. Yoga Tradisi Watukaru mempelajari himpunan yoga dari 13 garis perguruan Yoga dunia.
5. Tapak Suci Yoga Cara Bhumi Castra .
6. Agni Horta mempelajari Yajna tertua dalam agama Hindu pemujaan melalui pembakaran Api Suci .
7. Pengelukatan mempelajari 36 macam pengelukatan.

Paiketan Paguron Suling Dewata

Menurut Parampara Paiketan Paguron Suling Dewata, yang menuturkan jaman Bumi Lawas, yaitu jaman sebelum perhitungan Caka dikenal di Bali, dimana pulau Bali atau Bali Dwipa pada waktu itu masih merupakan hutan belantara yang teramat lebat bahkan sampai matahari tidak mampu menerobosnya walaupun disiang hari , sehingga hutan selalu dalam kegelapan. penduduk Bali sangat jarang dan mereka hidup di tengah tengah hutan belantara sebagai pertapa sepanjang hidupnya , untuk mencari suara dalam sepi dan mencari terang dalam kegelapan. mereka makan dari daun daunan, tidak memakan buah buahan yang manis, dan tidak juga makan mahluk hidup yang berjiwa. mereka semua tahu jenis pohon yang daunnya dapat dimakan , yang beracun, maupun yang memiliki khasiat obat obatan. tujuan hidupnya hanya satu yaitu melanjutkan tradisi leluhurnya ( Pustaka Parampara Seruling Dewata, sloka 4-6 ).

Pada masa Bumi Lawas ini di Bali Dwipa hanya ada sebuah Perguruan yang maha besar yang meliputi seluruh Bali Dwipa. keberadaan perguruan ini bebas, tanpa ikatan, tidak saling mengenal namun merasa diri satu. Perguruan tunggal ini diberi nama Paguron Sunia Nala Twara. dan sejalan dengan perkembangan waktu, timbul keinginan mereka untuk melestarikan dan mewariskan ilmu atau kepandaian yang dimilikinya . untuk itu mereka mulai menghimpun kepandaian masing masing dalam himpunan ilmu Kesakten. kelompok kelompok pertapa dengan ilmu yang aneh aneh dan teramat dahsyat mulai bermunculan . kelompok yang kecil membentuk kelompok yang lebih besar dan sampai akhirnya terbentuklah dua kelompok besar di Bali Dwipa , yaitu Paguron Surya dan Paguron Ardha Candra, Paguron Surya memiliki 11 cabang dan Paguron Ardha Candra memiliki 12 cabang dan salah satu cabang dari Paguron Ardha Candra adalah Paguron Suling Dewata yang meiliki 72 jenis ilmu silat ( Pustaka Parampara Seruling Dewata, sloka 14-18 )

Masyarakat Bali patut berbangga hati bahwasanya para leluhur Bali terdahulu telah mewariskan tradisi adi luhung, yang hingga kini tetap dilakukan secara turun temurun melalui parampara Paiketan Paguron Suling Dewata. Tradisi luhur ini pernah menjadikan Pulau Bali yang kita cintai sebagai Pancer Spiritual Dunia. Tidak itu saja, kehebatan Ilmu Silat Bali Kuno yang berasal dari pertapaan Chandra Parwata juga pernah menggegerkan dunia persilatan. Bukan di Nusantara saja, bahkan hingga ke manca negara seperti Langkapura, Jambu Dwipa, Tionggoan , Tibet , Butan, Kuroyewu, Jepun dan negeri-negeri lainnya pernah merasakan kehebatan Ilmu Silat Bali Kuno ini, bahkan ada suatu kesepakatan tidak tertulis diantara para pesilat terdahulu bahwa jangan pernah merasa hebat sebelum mencoba kehebatan pesilat-pesilat Gunung Watukaru. Namun seiring perkembangan jaman, keagungan tradisi Bali Kuno seolah tinggal kenangan. Bahkan masyarakat Bali sendiri menganggap semua itu sebagai cerita yang belum tentu kebenarannya. Sungguh sangat memprihatinkan. Tradisi yang begitu mulia sebagai cermin keagungan pulau Bali ternyata hampir punah dimakan jaman, namun keberuntungan para sesepuh Paiketan Paguron Suling Dewata tetap menjaga dan melestarikan tradisi luhur tersebut secara turun temurun melalui garis perguruan yang murni, sehingga tradisi luhur Bali Kuno tidak sampai hilang ditelan bumi.

Pada tahun 1985, Paiketan Paguron Suling Dewata bergabung dalam IPSI dan berubah nama menjadi Perguruan Seruling Dewata . Walaupun dengan tertatih, namun perguruan ini tetap melanjutkan misinya memperkenalkan kembali tradisi luhur peninggalan para leluhur terdahulu kepada masyarakat. Saat ini Ki Nantra ( Drs I Ketut Nantra ) yang merupakan sesepuh Generasi IX Paiketan Paguron Suling Dewata, merupakan pewaris dari tradisi luhur Bali Kuno tersebut, diipundak beliau tergantung tugas dan tanggung jawab yang sangat berat agar tradisi luhur tersebut tidak sampai punah.

kini sebuah Pesraman kecil nan sederhana yang berlokasi di Desa Bantas Bunut Puhun yang asri dan sepi , terletak di Kecamatan Selemadeg timur, Kabupaten Tabanan propinsi Bali , telah di bangun atas sumbangan para siswa perguruan yang semakin hari semakin banyak berdatangan dari segala penjuru Bali Dwipa maupun dari luar Bali untuk belajar serta ikut melestarikan warisan adi luhung yang telah diwariskan oleh leluhur Bali Dwipa dari Paiketan Paguron Suling Dewata.

Silat Tapak Suci Sembilan Dewa di Ulang Tahun Seruling Dewata

*

Latihan di Pasraman Seruling Dewata

*

Ki Nantra beserta para Pendeta & Pedanda di Ulang Tahun Seruling Dewata

*

Gunung Watukaru. Sumber Pengetahuan Lahir Batin Bali.

***

Senin, 26 Desember 2011

Foto Alm Subur Rahardja (Founder PGB)

Rendra-PGB Bangau Putih (2): Usai Perkemahan Kaum Urakan -- Bre Redana

Rendra-PGB Bangau Putih (2): Usai Perkemahan Kaum Urakan
-- Bre Redana

BENNY Gautama duduk di sofa di rumahnya yang terbilang mewah di bilangan Cilandak, Jakarta Selatan. Pada usianya yang ke-55 tahun dia tetap tegak. Tatkala mempraktikkan jurus silat, tetap terlihat trengginasnya.

Max Palaar melatih silat di Bengkel Teater Yogya, tahun 1970-an. (BURUNG MERAK PRESS/OENTOENG SENOBROTO)

Sosok Benny bisa menjadi gambaran sangat representatif pertautan antara Bengkel Teater dan PGB Bangau Putih. Benny yang bergabung dengan Bengkel Teater di Yogyakarta setamat SMA pada paruh pertama tahun 1970-an merasa tertarik dengan kelompok itu demi mendengar ”kehebohan” Mastodon dan Burung Kondor—drama yang membuat Orde Baru berseteru dengan Rendra. ”Ya, tertarik saja...,” ucapnya mengenang masa itu.

Edi Haryono, anggota Bengkel yang punya catatan lengkap dan ingatan akurat mengenai Bengkel sejak periode tahun 1970-an, menceritakan bagaimana dinamika Bengkel Teater baik sebelum maupun setelah berhubungan dengan silat. Telah tersebar di berbagai tulisan dan menjadi ingatan sejumlah orang, mengenai periode paruh kedua tahun 1960-an, ketika kelompok ini dengan anggota-anggota angkatan pertama, seperti Azwar AN, Sunarti, Moortri Poernomo, dan Bakdi Soemanto, berlatih di ruang tamu ukuran 4,5 meter x 7 meter di Ketanggungan Wetan Ng VI/165 Yogyakarta, disusul pementasan di pelataran samping milik tetangga. Penontonnya adalah para tetangga dan seniman-seniman Yogya kala itu, yang beberapa ada juga yang suka menulis untuk koran.

Eksperimen dari Yogya itu dibawa ke Jakarta dalam pementasan di Balai Budaya, tanggal 24 April 1968. Yang menonton para sastrawan dan tamu dari negara tetangga. Pada saat itulah Goenawan Mohamad menulis mengenai pementasan tersebut dengan penamaan ”Minikata”. Menurut Edi, Rendra senang dengan penamaan itu, cocok, dan berterima kasih.

Pulang ke Yogya, Bengkel makin menggebu latihan. Anggota baru muncul. Lahir karya-karya panggung seperti Oidipus Sang Raja, Hamlet, dan Menunggu Godo. Nantinya, anggota-anggota pertama tadi mengendur, ada yang pindah ke Jakarta, sementara berkembang anggota berikutnya seperti Adi Kurdi, Untung Basuki, Fadjar Suharno, Areng Widodo, Oentoeng Senobroto, Ratna Sarumpaet, dan lain-lain. Metode latihan didasarkan kesadaran pancaindra, kesadaran akal, dan kesadaran naluri (dari situ lahir istilah Gerak Indah).

Terpana

Perubahan signifikan terjadi pada kira-kira seusai Perkemahan Kaum Urakan di Pantai Parangtritis, Oktober 1971. Seperti diuraikan pada tulisan terdahulu, seorang frater muda bernama Max Palaar, murid dari Subur Rahardja di Bogor, berkunjung ke Bengkel Teater. Pada suatu kesempatan Max mendemonstrasikan gerak yang membuat Rendra terpana. Disusul dengan perkenalan Rendra dengan Subur Rahardja, inilah masa di mana kemudian terjadi pelimpahan ilmu silat dari perguruan silat Bangau Putih (waktu itu Shaolin Pek Ho Pay) ke para anggota Bengkel. Semua anggota Bengkel berlatih silat pada Max Palaar.

Pada periode itu pula pengaruh gerakan hippies, Generasi Bunga, dengan semboyan antara lain ”Free Love” dan ”Make Love not War” sampai ke anak-anak muda di Indonesia. Tak terkecuali Bengkel Teater didatangi anak-anak muda, yang beberapa di antaranya datang dari keluarga pecah, atau dalam istilah masa itu broken home. Asap ganja dan mariyuana menaungi kehidupan sebagian anak-anak muda di zaman itu.

Rendra menghadapi keadaan yang berbeda dengan para anggota barunya. Fadjar Suharno menyebut anak-anak ini sebagai ”kayu-kayu hanyut”. Sedangkan Edi Haryono mengatakan, ”Mereka harus diurusi dulu perkara mabuknya.” Latihan silat dipercaya mengembalikan hawa murni, Chi, prana, tantian. ”Itu yang paling nyata mampu mengembalikan para pemabuk ke pengolahan tenaga alamiah,” tambah Edi.

Sejumlah warga Bengkel yang lama bisa mengenang bagaimana Rendra, misalnya, ”mendisiplinkan” Benny yang suka bikin onar dengan memberinya pekerjaan berat di atas rata-rata, yakni membuat patok-patok di bagian sungai yang tergerus arus. Benny, yang sejak semula dilihat Rendra punya vitalitas luar biasa, ternyata bisa mengatasi pekerjaan yang dilakukannya sendirian itu. Mungkin itulah yang membuat Rendra tak keberatan ketika Benny menyatakan hendak memperdalam silat di Bogor, ikut Suhu Subur Rahardja.

Pada perkembangannya, rumah perguruan di Kebun Jukut, Bogor, menjadi ”pendaratan” bagi sejumlah anggota Bengkel Teater Yogya sebagai tempat baru untuk mengolah diri, dengan terus berlatih ilmu silat. Sebutlah Areng Widodo, Innisisri, Adi Kurdi (sebelum sekolah di New York University), Edi Sunyoto, dan Wismono Wardono. Salah satu anggota Bengkel yang lama, Suyitno Bramantyo, pernah menuturkan, karena di Yogya pada waktu itu dia terus bikin ribut, dia dijemput oleh Benny untuk ke Bogor. Kini, Suyitno adalah salah satu anggota Dewan Guru di PGB Bangau Putih.

Dua rumah

Dua rumah satu atap, begitulah kalau bisa diibaratkan Bengkel Teater dan PGB Bangau Putih. Sejumlah anak muda di zamannya mencari dan menemukan jati dirinya di dua padepokan itu: yang satu padepokan teater dan yang satu padepokan silat. Rahmat Dandanggula, yang kini punya usaha biro perjalanan di Bogor, mengenang masa-masa sulit pada awal tahun 1980-an ketika dia mengikuti Rendra hijrah ke Jakarta. Masa itu Rendra tak boleh pentas, tak boleh menerbitkan karya. ”Saya ke Bogor, ke Suhu, mencari pencerahan,” kenang Rahmat.

Sedangkan Benny, seperti dituturkan banyak orang, menjadi salah satu murid kesayangan Suhu. Benny sendiri menyatakan, melalui silat dia menemukan jati diri, disiplin, moral, dan tanggung jawab. Lalu, pada awal tahun 1980-an dia terjun ke film laga. Film pertamanya adalah Si Jagur. Atas nasihat Suhu, waktu itu dia memakai nama ”Rahardja” di belakangnya, menjadi Benny G Rahardja. Pada zamannya, nama ini adalah nama berwibawa di persilatan.

Kini, Benny sedang bersemangat untuk kembali mengintegrasikan seni dengan silat. ”Silat bukan hanya kendang pencak. Gerakannya akan saya bikin menjadi kehidupan. Tidak ada seni yang membunuh. Seni itu menghidupkan,” ujarnya.

Sering dia menyebut, sebelum mati ingin menurunkan ilmunya pada para saudara seperguruan yang menjadi yunior-yuniornya. Itu adalah bagian dari pengabdiannya kepada perguruan, atau terlebih pasti maksudnya terhadap almarhum Suhu Subur Rahardja. (BERSAMBUNG)

Sumber: Kompas, Minggu, 4 April 2010
Posted by Udo Z Karzi at 5:49 AM
Labels: seni, sosok

Kamis, 22 Desember 2011

Salam Perguruan

Dalam rangka HUT PGB ke 59 th, Dewan Keorganisasian Pusat mengadakan syukuran :

Minggu 25 Des 2011 pk. 13.00 di TC Bogor

Selasa, 13 Desember 2011

mama

Mari berbagi inspirasi agar dapat saling menguatkan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti embun yang dapat memberikan kesegaran di padang yang gersang.
Rabu, 07 Desember 2011
Tuhan...Beri aku 1 jam saja

Los Felidas adalah nama sebuah jalan di ibu kota sebuah negara di Amerika Selatan, yang terletak di kawasan terkumuh diseluruh kota .

Ada sebuah kisah yang menyebabkan jalan itu begitu dikenang orang, dan itu dimulai dari kisah seorang pengemis wanita yang juga ibu seorang gadis kecil. Tidak seorangpun yang tahu nama aslinya, tapi beberapa orang tahu sedikit masa lalunya, yaitu bahwa ia bukan penduduk asli disitu, melainkan dibawa oleh suaminya dari kampung halamannya.

Seperti kebanyakan kota besar di dunia ini, kehidupan masyarakat kota terlalu berat untuk mereka, dan belum setahun mereka di kota itu, mereka kehabisan seluruh uangnya, dan pada suatu pagi mereka sadar bahwa mereka tidak tahu dimana mereka tidur malam nanti dan tidak sepeserpun uang ada dikantong.

Padahal mereka sedang menggendong bayi mereka yang berumur 1 tahun. Dalam keadaan panik dan putus asa, mereka berjalan dari satu jalan ke jalan lainnya, dan akhirnya tiba di sebuah jalan sepi dimana puing-puing sebuah toko seperti memberi mereka sedikit tempat untuk berteduh.

Saat itu angin Desember bertiup kencang, membawa titik-titik air yang dingin. Ketika mereka beristirahat dibawah atap toko itu, sang suami berkata: "Saya harus meninggalkan kalian sekarang. Saya harus mendapatkan pekerjaan, apapun, kalau tidak malam nanti kita akan tidur disini." Setelah mencium bayinya ia pergi. Dan ia tidak pernah kembali.

Tak seorangpun yang tahu pasti kemana pria itu pergi, tapi beberapa orang seperti melihatnya menumpang kapal yang menuju ke Afrika. Selama beberapa hari berikutnya sang ibu yang malang terus menunggu kedatangan suami nya, dan bila malam tidur di emperan toko itu.

Pada hari ketiga, ketika mereka sudah kehabisan susu,orang-orang yang lewat mulai memberi mereka uang kecil, dan jadilah mereka pengemis di sana selama 6 bulan berikutnya. Pada suatu hari, tergerak oleh semangat untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, ibu itu bangkit dan memutuskan untuk bekerja.

Masalahnya adalah di mana ia harus menitipkan anaknya, yang kini sudah hampir 2 tahun, dan tampak amat cantik jelita. Tampaknya tidak ada jalan lain kecuali meninggalkan anak itu disitu dan berharap agar nasib tidak memperburuk keadaan mereka. Suatu pagi ia berpesan pada anak gadisnya, agar ia tidak kemana-mana, tidak ikut siapapun yang mengajaknya pergi atau menawarkan gula-gula.

Pendek kata, gadis kecil itu tidak boleh berhubungan dengan siapapun selama ibunya tidak ditempat. "Dalam beberapa hari mama akan mendapatkan cukup uang untuk menyewa kamar kecil yang berpintu, dan kita tidak lagi tidur dengan angin di rambut kita". Gadis itu mematuhi pesan ibunya dengan penuh kesungguhan. Maka sang ibu mengatur kotak kardus dimana mereka tinggal selama 7 bulan agar tampak kosong, dan membaringkan anak nya dengan hati-hati di dalamnya. Di sebelahnya ia meletakkan sepotong roti.. Kemudian, dengan mata basah ibu itu menuju kepabrik sepatu, di mana ia bekerja sebagai pemotong kulit.

Begitu lah kehidupan mereka selama beberapa hari, hingga di kantong sang Ibu kini terdapat cukup uang untuk menyewa sebuah kamar berpintu di daerah kumuh. Dengan suka cita ia menuju ke penginapan orang-orang miskin itu, dan membayar uang muka sewa kamarnya. Tapi siang itu juga sepasang suami istri pengemis yang moralnya amat rendah menculik gadis cilik itu dengan paksa, dan membawanya sejauh 300 kilometer ke pusat kota ...

Di situ mereka mendandani gadis cilik itu dengan baju baru, membedaki wajahnya, menyisir rambutnya dan membawanya ke sebuah rumah mewah dipusat kota . Di situ gadis cilik itu dijual. Pembelinya adalah pasangan suami istri dokter yang kaya, yang tidak pernah bisa punya anak sendiri walaupun mereka telah menikah selama 18 tahun.

Mereka memberi nama anak gadis itu Serrafona, dan mereka memanjakannya dengan amat sangat. Di tengah-tengah kemewahan istana itulah gadis kecil itu tumbuh dewasa. Ia belajar kebiasaan-kebiasaan orang terpelajar seperti merangkai bunga, menulis puisi dan bermain piano.Ia bergabung dengan kalangan-kalangan kelas atas, dan mengendarai Mercedes Benz kemanapun ia pergi.

Satu hal yang baru terjadi menyusul hal lainnya,dan bumi terus berputar tanpa kenal istirahat. Pada umurnya yang ke-24, Serrafona dikenal sebagai anak gadis Gubernur yang amat jelita, yang pandai bermain piano, yang aktif di gereja, dan yang sedang menyelesaikan gelar dokternya. Ia adalah figur gadis yang menjadi impian tiap pemuda, tapi cintanya direbut oleh seorang dokter muda yang welas asih, yang bernama Geraldo.

Setahun setelah perkimpoian mereka, ayahnya wafat, dan Serrafona beserta suaminya mewarisi beberapa perusahaan dan sebuah real-estate sebesar 14 hektar yang diisi dengan taman bunga dan istana yang paling megah di kota itu. Menjelang hari ulang tahunnya yang ke-27, sesuatu terjadi yang merubah kehidupan wanita itu. Pagi itu Serrafona sedang membersihkan kamar mendiang ayahnya yang sudah tidak pernah dipakai lagi, dan di laci meja kerja ayah nya ia melihat selembar foto seorang anak bayi yang digendong sepasang suami istri. Selimut yang dipakai untuk menggendong bayi itu lusuh, dan bayi itu sendiri tampak tidak terurus, karena walaupun wajahnya dilapisi bedak tetapi rambutnya tetap kusam.

Sesuatu ditelinga kiri bayi itu membuat jantungnya berdegup kencang. Ia mengambil kaca pembesar dan mengkonsentrasikan pandangannya pada telinga kiri itu. Kemudian ia membuka lemarinya sendiri, dan mengeluarkan sebuah kotak kayu mahoni. Di dalam kotak yang berukiran indah itu dia menyimpan seluruh barang-barang pribadinya, dari kalung-kalung berlian hingga surat-surat pribadi. Tapi diantara benda-benda mewah itu terdapat sesuatu terbungkus kapas kecil, sebentuk anting-anting melingkar yang amat sederhana, ringan dan bukan emas murni.

Ibunya almarhum memberinya benda itu sambil berpesan untuk tidak kehilangan benda itu. Ia sempat bertanya, kalau itu anting-anting, di mana satunya. Ibunya menjawab bahwa hanya itu yang ia punya. Serrafona menaruh anting-anting itu didekat foto.

Sekali lagi ia mengerahkan seluruh kemampuan melihatnya dan perlahan-lahan air matanya berlinang . Kini tak ada keragu-raguan lagi bahwa bayi itu adalah dirinya sendiri. Tapi kedua pria wanita yang menggendongnya, yang tersenyum dibuat-buat, belum penah dilihatnya sama sekali. Foto itu seolah membuka pintu lebar-lebar pada ruangan yang selama ini mengungkungi pertanyaan-pertanya annya, misalnya: kenapa bentuk wajahnya berbeda dengan wajah kedua orang tuanya, kenapa ia tidak menuruni golongan darah ayahnya..

Saat itulah, sepotong ingatan yang sudah seperempat abad terpendam, berkilat di benaknya, bayangan seorang wanita membelai kepalanya dan mendekapnya di dada. Di ruangan itu mendadak Serrafona merasakan betapa dinginnya sekelilingnya tetapi ia juga merasa betapa hangatnya kasih sayang dan rasa aman yang dipancarkan dari dada wanita itu. Ia seolah merasakan dan mendengar lewat dekapan itu bahwa daripada berpisah lebih baik mereka mati bersama.

Mata nya basah ketika ia keluar dari kamar dan menghampiri suaminya yang sedang membaca koran: "Geraldo, saya adalah anak seorang pengemis, dan mungkinkah ibu saya masih ada di jalan sekarang setelah 25 tahun?"

Itu adalah awal dari kegiatan baru mereka mencari masa laluSerrafonna. Foto hitam-putih yang kabur itu diperbanyak puluhan ribu lembar dan disebar ke seluruh jaringan kepolisian diseluruh negeri. Sebagai anak satu-satunya dari bekas pejabat yang cukup berpengaruh di kota itu, Serrafonna mendapatkan dukungan dari seluruh kantor kearsipan, kantor surat kabar dan kantor catatan sipil.

Ia membentuk yayasan -yayasan untuk mendapatkan data dari seluruh panti-panti orang jompo dan badan-badansosial di seluruh negeri dan mencari data tentang seorang wanita.

Bulan demi bulan lewat, tapi tak ada perkembangan apapun dari usahanya. Mencari seorang wanita yang mengemis 25 tahun yang lalu di negeri dengan populasi 90 juta bukan sesuatu yang mudah. Tapi Serrafona tidak punya pikiran untuk menyerah. Dibantu suaminya yang begitu penuh pengertian, mereka terus menerus meningkatkan pencarian mereka. Kini, tiap kali bermobil, mereka sengaja memilih daerah-daerah kumuh, sekedar untuk lebih akrab dengan nasib baik. Terkadang ia berharap agar ibunya sudah almarhum sehingga ia tidak terlalu menanggung dosa mengabaikannya selama seperempat abad.

Tetapi ia tahu, entah bagaimana, bahwa ibunya masih ada, dan sedang menantinya sekarang. Ia memberitahu suaminya keyakinan itu berkali-kali, dan suaminya mengangguk-angguk penuh pengertian.

Pagi, siang dan sore ia berdoa: "Tuhan, ijinkan saya untuk satu permintaan terbesar dalam hidup saya: temukan saya dengan ibu saya". Tuhan mendengarkan doa itu. Suatu sore mereka menerimakabar bahwa ada seorang wanita yang ungkin bisa membantu mereka menemukan ibunya. Tanpa membuang waktu, mereka terbang ke tempat itu, sebuah rumah kumuh di daerah lampu merah, 600 km dari kota mereka.

Sekali melihat, mereka tahu bahwa wanita yang separoh buta itu, yang kini terbaring sekarat, adalah wanita di dalam foto. Dengan suara putus-putus, wanita itu mengakui bahwa ia memang pernah mencuri seorang gadis kecil ditepi jalan, sekitar 25 tahun yang lalu.

Tidak banyak yang diingatnya, tapi diluar dugaan ia masih ingat kota dan bahkan potongan jalan dimana ia mengincar gadis kecil itu dan kemudian menculiknya. Serrafona memberi anak perempuan yang menjaga wanita itu sejumlah uang, dan malam itu juga mereka mengunjungi kota dimana Serrafonna diculik.

Mereka tinggal di sebuah hotel mewah dan mengerahkan orang-orang mereka untuk mencari nama jalan itu. Semalaman Serrafona tidak bisa tidur. Untuk kesekian kalinya ia bertanya-tanya kenapa ia begitu yakin bahwa ibunya masih hidup sekarang, dan sedang menunggunya, dan ia tetap tidak tahu jawabannya.

Dua hari lewat tanpa kabar. Pada hari ketiga, pukul 18:00 senja, mereka menerima telepon dari salah seorang staff mereka. "Tuhan maha kasih, Nyonya, kalau memang Tuhan mengijinkan, kami mungkin telah menemukan ibu Nyonya. Hanya cepat sedikit, waktunya mungkin tidak banyak lagi."

Mobil mereka memasuki sebuah jalanan yang sepi, dipinggiran kota yang kumuh dan banyak angin. Rumah-rumah di sepanjang jalan itu tua-tua dan kusam. Satu, dua anak kecil tanpa baju bermain-main ditepi jalan. Dari jalanan pertama, mobil berbelok lagi kejalanan yang lebih kecil, kemudian masih belok lagi kejalanan berikut nya yang lebih kecil lagi. Semakin lama mereka masuk dalam lingkungan yang semakin menunjukkan kemiskinan. Tubuh Serrrafona gemetar, ia seolah bisa mendengar panggilan itu. "Lekas, Serrafonna, mama menunggumu, sayang". Ia mulai berdoa "Tuhan, beri saya setahun untuk melayani mama. Saya akan melakukan apa saja".

Ketika mobil berbelok memasuki jalan yang lebih kecil, dan ia bisa membaui kemiskinan yang amat sangat, ia berdoa: "Tuhan beri saya sebulan saja". Mobil belok lagi kejalanan yang lebih kecil, dan angin yang penuh derita bertiup, berebut masuk melewati celah jendela mobil yang terbuka. Ia mendengar lagi panggilan mamanya , dan ia mulai menangis: "Tuhan, kalau sebulan terlalu banyak, cukup beri kami seminggu untuk saling memanjakan ". Ketika mereka masuk belokan terakhir, tubuhnya menggigil begitu hebat sehingga Geraldo memeluknya erat-erat.

Jalan itu bernama Los Felidas. Panjangnya sekitar 180 meter dan hanya kekumuhan yang tampak dari sisi ke sisi, dari ujung keujung. Di tengah-tengah jalan itu, di depan puing-puing sebuah toko, tampak onggokan sampah dan kantong-kantong plastik, dan ditengah-tengahnya, terbaring seorang wanita tua dengan pakaian sehitam jelaga, tidak bergerak-gerak.

Mobil mereka berhenti diantara 4 mobil mewah lainnya dan 3 mobil polisi. Di belakang mereka sebuah ambulansberhenti, diikuti empat mobil rumah sakit lain. Dari kanan kiri muncul pengemis- pengemis yang segera memenuhi tempat itu. "Belum bergerak dari tadi." lapor salah seorang. Pandangan Serrafona gelap tapi ia menguatkan dirinya untuk meraih esadarannya dan turun.

Suaminya dengan sigap sudah meloncat keluar, memburu ibu mertuanya. "Serrafona, kemari cepat! Ibumu masih hidup, tapi kau harus menguatkan hatimu ."

Serrafona memandang tembok dihadapann ya, dan ingat saat ia menyandarkan kepalanya ke situ. Ia memandang lantai di kaki nya dan ingat ketika ia belajar berjalan. Ia membaui bau jalanan yang busuk, tapi mengingatkan nya pada masa kecilnya. Air matanya mengalir keluar ketika ia melihat suaminya menyuntikkan sesuatu ke tangan wanita yang terbaring itu dan memberinya isyarat untuk mendekat.

"Tuhan, ia meminta dengan seluruh jiwa raganya,beri kami sehari...... Tuhan, biarlah saya membiarkan mama mendekap saya dan memberitahunya bahwa selama 25 tahun ini hidup saya amat bahagia....Jadi mama tidak menyia-nyia kan saya".

Ia berlutut dan meraih kepala wanita itu kedadanya. Wanita tua itu perlahan membuka matanya dan memandang keliling, ke arah kerumunan orang-orang berbaju mewah dan perlente, ke arah mobil-mobil yang mengkilat dan ke arah wajah penuh air mata yang tampak seperti wajahnya sendiri ketika ia masih muda.

"Mama.. ..", ia mendengar suara itu, dan ia tahu bahwa apa yang ditunggunya tiap malam - antara waras dan tidak - dan tiap hari - antara sadar dan tidak - kini menjadi kenyataan. Ia tersenyum, dan dengan seluruh kekuatann ya menarik lagi jiwanya yang akan lepas.

Perlahan ia membuka genggaman tangann ya, tampak sebentuk anting-anting yang sudah menghitam. Serrafona mengangguk, dan tanpa perduli sekelilingnya ia berbaring di atas jalanan itu dan merebahkan kepalanya di dada mamanya.

"Mama, saya tinggal di istana dan makan enak tiap hari. Mama jangan pergi dulu. Apapun yang mama mau bisa kita lakukan bersama-sama. Mama ingin makan, ingin tidur, ingin bertamasya, apapun bisa kita bicarakan. Mama jangan pergi dulu... Mama..."

Ketika telinganya menangkap detak jantung yang melemah, ia berdoa lagi kepada Tuhan: "Tuhan maha pengasih dan pemberi, Tuhan..... satu jam saja.... ...satu jam saja....."

Tapi dada yang didengarnya kini sunyi, sesunyi senja dan puluhan orang yang membisu. Hanya senyum itu, yang menandakan bahwa penantiannya selama seperempat abad tidak berakhir sia-sia.

Teman....mungkin saat ini kita sedang beruntung. Hidup ditengah kemewahan dan kondisi berkecukupan. Mungkin kita
mendapatkannya dari hasil keringat sendiri tanpa bantuan orang tua kita. Namun yang perlu kita sadari, bahwa orang tua kita senantiasa berdoa untuk kita, meski itu hanya di peraduan...
Browniest di Rabu, Desember 07, 2011

Senin, 05 Desember 2011

Diskusi dng Guru Maleber 3 Des 2011

Hasil Diskusi dengan Guru PGB di Maleber Cipanas 2-4 Des 2011
Tema : Aksi, Reaksi, Refleksi

• Kalau bangun tidur dengan muka kusut, berarti tidurnya tidak nyenyak
• Kalau kita menangis, ada 2 macam :
- sedih : merentek,
- Kalau lagi senang : tubuh terasa ringan , akibat dari reaksi

• Kalau kita marah : indikasinya :
- Terhadap orang kita menjadi gelisah
- Contoh : kalau diri kita mencari orang. (karena ada waktu dan jarak , emosi sudah tersebar), lalu pas ketemu orang tersebut perasaan emosi hilang, walapun tetap ada rasa mangkel (marah)
• Kalau ada orang kesepian, pas bicara bisa ngobrol dari A-Z, karena tidak focus.
• Kalau jenuh, maka kita menjadi galau
• Kalau ‘pikiran mumet” : terlihat bolak –balik duduk lalu berdiri lagi
• Untuk PGB di ISI : sudah berlangsung 2 tahun , semangat menurun, perlu intropeksi , harus ‘ulet”
• Disiplin- tubuh – dari luar – refleksi ke diri – berhasil . Silat harus bisa- melihat dunia – ekspresikan – motivasi (telinga dan mata ; melihat dan mendengar)
- Contoh suara gendang di telinga (maka kita peduli), motto (commitmen), continue (focus)

• Kalau latihan vocal :
- Kita harus hilangkan otot di rahang, tidak tegang dan suara menjadi lepas
- Emosi harus datar / monoton : anggap audience banyak, seolah menghadapi 1 orang. Dan suara kita memantul ke semua sudut gedung
- Usahakan suara dari perut
- Nyanyi, nembangg dan orasi, mempunyai teknik dan cara keluar yang berbeda
- Kalau nyanyi ada irama, kalau pentas theater : suara akan mengikuti emosi / peran
• Latihan untuk yang memiliki keterbatasan fisik tidak sempurna :
- Harus kasihan pada diri sendiri
- Bersyukur
- Kita harus bisa, tunjukkan kita no. 1
- Ekspresikan, maka kekurangan tersebut akan tertutup
• Latihan harus bebas , tetapi yang terkondisi (ada aturan)
- Latihan silat berbeda dengan latihan tari
- Jalankan saja, bebas tapi teratur (contoh jalan seperti robot jika terlalu teratur)
- Dalam tari walau bebas, tetap ada tema dan batasan
- Contoh bayi merangkak mau melewati bawah meja, maka si ortu yang khawatir.
- Semakin kita dewasa, akan menyadari akan adanya aturan
- Bebas tetap harus ada aturan
- Yang utama : KENDALIKAN EMOSI
• Latihan tetap focus :
- Walau di depan kita ada halangan, kita harus focus sampai di tujuan kita, walaupun kita harus mundur / menghindari
• Mengenal diri :
- Kalau bangun pagi kita harus senyum
- Harus piker diri sendiri (mengenal diri)
- Jangan lihat terlalu jauh, tetap focus
-
• Getaran hati :
- Tidak ada batasan, bebas, focus pada getaran, ekspresikan pada aturan
- Mengkondisikan pikiran : di kepala dan di hati
- Jangan terlalu sensitive ke lingkungan
• Emosi, harus dibedakan dari tarian dan kehidupan sehari-hari
- Bagaimana reaksi
- Siapa yang diajak bicara; DIKONDISIKAN
- Harus berlatih pernapasn
• Ada : Pikiran , Hati dan Semangat
- Aksi, reaksi dan Refleksi (segitiga).
Aksi = demo acara
Reaksi : getaran emosi dari yang kita lihat dan dengar
Refleksi : dengan kata-kata (ngobrol)
- Fokuskan ke 3 hal tersebut seirama, komitmen, kerja keras (focus)
• MBA :
- Manusia Banyak Alasan
- Misalnya ego yang positif, kalau tidak pergi undangan, iya jangan pai alasan, nanti berakibat memukul diri sendiri.
• BEBAS IKLAS, JUJUR , HARMONI
• Manusia, hewan : mahluk social, sedangkan pohon : bukan
• KEWAJARAN :
- Contoh dasar : kalau haus ya minum, kalau lapar ya makan. Jangan berlebihan
- Gerak – interaksi – Kewajaran, terhadap 2 ke dalam dan keluar (social, reaksi)
- Kewajaran ada di diri kita, bukan di diri kita
- Emosi ada di hati. Damai dan angkara murka ada di hati

• Senyum 2 jari, sewaktu bangun tidur pagi hari, lihat ke kaca , lebarkan senyum dengan 2 jari
• Suara hati tidaklah sama dengan Kata hati.
- Suara hati : dari pikiran
- Kata hati : Kadang keluar begitu saja / intuisi
-
• Jangan percaya terhadap kata-kata : merayu
- Lebih penting tindakan
• Ruang dan Waktu :
- Ruang = space kita beridiri
- Waktu + gerak melangkah dari posisi kita berdiri
- Suara mengisi ruang dan waktu : upayakan bisa kedengaeran sampai di ujung gedung
- Hati bukan di pikiran
- Ada di dalam sendiri : makro dan mikro
- Makro : diluar kita, mikro : Sewaktu kita bergerak, berarti kita masuk ke makro
• Dejavu : ruang dan waktu, mata ke 3 :
• Mimpi : adalah bunga tidur
- Baiknya kalau mimpi, diekspreikan . Nanti dilihat apakah betul di kenyataan. Seperti halnya Buku SECRET
- Buku taruh di tempat tidur, kita melatih insting

• Sombong :
- Kita harus mengingat bahwa kita masih menginjak bumi , sadar ada yang lebih tinggi dari kita .
- Kalaupun kita mau mengumpet kemanapun, tetap bumi masih di bawah
• Terkondisi :
- Mencium bau mayat, kita memakai masker (pikiran sudah TERKONDISIKAN)
- Lain halnya pemulung
• Aktor :
- Bisa jadi tidak punya identitas, karena bisa banyak meniru
- Coba pakai topeng, lalu ikuti karakter topeng : sedih, marah dst
- Muka tiap hari berbeda-beda, bisa jadi dia tidak sadar, pribadi ganda
• Melatih Kesadaran Diri :
- Dasarnya : tiap bangun pagi : mengucapkan selamat pagi
- Gerakkan dari jari kaki sampai ke kepala
• MPO : Minta Perhatian Orang

Minggu, 04 Desember 2011

Maleber 2-4 Des 2011

Rahasia Ilmu Tertingi - PGB

AW, Andrie Wongso - Action & Wisdom Motivation Training - Artikel Anda

Rahasia Ilmu Tertinggi
Stephen Barnabas

“Cinta kasih merupakan inti kekuatan daya hidup, inti kekuatan daya pertumbuhan, dan inti kekuatan daya penyembuhan.”


Bertahun-tahun yang lalu saya membaca kata-kata tersebut pada Cover “Piagam Kenaikan Tingkat” Perguruan Silat PGB Bangau Putih. Kata-kata itu merupakan salah satu poin pada Mukadimah Guru Besar yang diciptakan pendiri Perguruan ini yaitu Suhu Subur Rahardja (alm). Pada waktu itu saya tidak dapat memahami mengapa Cinta Kasih itu dikatakan sebagai inti dari kekuatan kehidupan. Akan lebih mudah dipahami oleh saya apabila dikatakan bahwa inti dari kekuatan itu adalah segala macam disiplin seperti: keteguhan hati, kemauan yang kuat, keuletan, dsb.


Sekarang saya baru menyadari kedalaman makna dari pernyataan itu, ketika saya membaca buku “Zero Limits” yang ditulis oleh Joe Vitale. Dalam buku ini saya menemukan kenyataan yang lebih aneh lagi mengenai kekuatan Cinta Kasih. Buku ini mengisahkan tentang seorang psikolog yang berhasil menyembuhkan sebangsal penuh narapidana yang sakit jiwa tanpa pernah melihat seorangpun dari mereka secara profesional. Apa yang dilakukan Terapis tersebut (Dr. Hew Len) dalam pekerjaannya di Rumah Sakit Negara Bagian Hawaii adalah memeriksa catatan-catatan mereka. Sementara ia melihat catatan-catatan itu, ia hanya mengatakan “Saya Mengasihimu” berulang-ulang. Saya tahu itu sulit dipercaya. Akan tetapi ada lebih dari itu, dalam buku itu juga dikisahkan tentang seseorang bernama Marvin yang berasal dari Philipina. Dia menjual mobil mewah seharga $150 juta setahun tanpa berusaha menjual apa pun kepada siapa pun. Yang dilakukannya hanyalah mengatakan “Saya Mengasihimu” sepanjang hari.


Kita tetap harus bersikap kritis dalam membaca buku tsb, saya hanya ingin mengungkapkan kembali salah satu unsur terkuat untuk perubahan yaitu : Cinta Kasih. Asumsi dasar dari Metode ini adalah: Setiap tindakan yang kita ambil berasal dari dua sumber yaitu: inspirasi atau memori. Inspirasi merupakan pemikiran yang datang karena kejernihan batin Anda. Sedangkan memori adalah suatu program lama yang telah terbentuk dalam pikiran bawah sadar Anda.


Biasanya setiap tindakan atau respon seseorang merupakan reaksi yang didasari memori. Permasalahannya adalah banyaknya program lama dalam memori Anda yang bersifat negatif. Kita memiliki banyak program yang menghambat objektifitas dan kejelasan. Carolyn Myss dalam buku Anatomy of the Spirit, berbicara tentang “terikat” pada masa lalu. Jika ada situasi dalam kehidupan Anda di mana Anda merasa sakit hati, tersiksa, atau urusan yang tidak tuntas, Anda mungkin masih membawa persoalan itu kemana-mana. Anda masih terikat pada masa lalu. Perasaan sakit hati Anda akan menarik lebih banyak hal yang akan membuat Anda merasa kecewa dan sakit hati lagi. Jika Anda menemukan diri Anda terus-menerus menciptakan kembali peristiwa-peristiwa serupa: kegagalan, kekecewaan, kepahitan, dsb, Anda tahu bahwa Anda terjebak dalam pola energi yang akan terus menciptakan peristiwa-peristiwa seperti itu sampai pola energi itu terurai.


Metode Dr. Hew Len dapat berguna untuk melepaskan energi yang bersifat racun dalam diri Anda untuk mengijinkan munculnya dampak, gagasan, kata, perbuatan, dan tindakan terilhami. Jadi jelas menjernihkan hambatan batin Anda adalah rahasia terpendam untuk mewujudkan segala sesuatu yang Anda inginkan. Saat Anda memperoleh kejernihan, Anda dapat mewujudkan hal-hal yang Anda inginkan. Segala sesuatu yang kita alami merupakan proyeksi diri kita. Satu-satunya cara untuk memperbaiki apa pun yang ada diluar adalah dengan memperbaiki diri kita. Dan salah satu cara paling efektif untuk memperbaiki diri Anda adalah dengan mengatakan “Aku Mengasihimu.” Dalam kata-kata sederhana “Aku Mengasihimu” ada tiga unsur yang dapat mengubah apa pun. Unsur-unsur itu adalah rasa terimakasih, penghargaan dan perubahan. Ungkapan tersebut bagaikan kata-kata ajaib yang membuka kunci gabungan kelimpahan alam semesta. Ketika mendeklarasikannya, kita akan membersihkan dan menghapus semua program negatif. Seperti yang dikatakan James Arthur Ray: ”Jawaban atas semua tantangan kehidupan adalah kasih sayang dan rasa syukur yang mendalam.” Mengapa? Karena berdasarkan hukum tarik-menarik, perasaan kasih sayang dan syukur akan menarik lebih banyak kasih sayang dan hal-hal yang akan membuat Anda lebih besyukur.
RAHASIA KEMAKMURAN

Setiap orang akan hidup berkelimpahan kalau batin mereka bersih. Kalau mereka sampai bangkrut mereka tidak bersih. Mereka memiliki program yang menghambat kesejahteraan mereka. Kenangan negatif tentang uang dapat menjauhkan uang. Anda akan memilikinya kalau Anda merasa layak menerimanya, kenangan yang bermunculanlah yang menahannya dari Anda. Untuk menjadi bersih teruslah mengatakan “ Saya mengasihimu”. Bukan kepada uang. Anda mengatakannya kepada TUHAN, kepada Kehidupan.
MENJADI TIDAK BISA DISAKITI“Ketika seseorang teguh pantang menyakiti orang lain, semua mahluk hidup akan berhenti merasakan permusuhan di hadapannya.”

Patanjali


Semua mahluk hidup akan berhenti merasakan permusuhan di hadapan seseorang yang tidak berpikir atau bertindak menyakiti. Pernyataan pantang menyakiti ini mencakup bukan saja perbuatan nyata menyakiti tetapi juga pikiran-pikiran iri, menghakimi, dan melukai dengan cara apa pun. Teguh menyangkal kekerasan dalam pikiran dan dalam semua interaksi dengan orang lain akan menciptakan suasana di mana semua permusuhan sirna karena tidak berbalas.


Hal ini bahkan berpengaruh terhadap kerajaan binatang ketika kita teguh bersikap seperti itu. Anda mungkin pernah mendengar kisah mengenai Santo Fransiscus dari Asisi yang menjinakan kawanan serigala liar yang membantai ternak, hanya dengan kehadirannya. Selain itu burung merpati terbang ke tangannya dan berbagai binatang liar merasakan kasih sayang memancar darinya dan berhenti merasakan permusuhan.


Saya membaca dalam sebuah situs bahwa suatu ketika sang Suhu pernah berkata: “Ini adalah sesi terakhir latihan. Hari ini saya akan menunjukkan kepada Anda ilmu silat tertinggi saya.” Saya tidak tahu apakah yang dimaksudkannya berhubungan dengan tenaga Cinta Kasih seperti yang diungkapkan dalam pernyataan Mukadimah seperti yang sudah kita bahas di atas. Yang penting bagi saya adalah sekarang saya memahami arti kekuatan Cinta Kasih. Sekarang ungkapan “Aku Mengasihimu” memiliki makna baru bagi saya. Seperti ada tertulis “Berbahagialah orang yang lemah lembut hatinya, karena ia akan memiliki bumi.”


“Saya Mengasihimu.”


Stephen Barnabas

Penulis buku Financial Self-Concept: Kunci Meraih Kekayaan dan Kesuksesan Sejati

http://Kgb-gahara.blogspot.com

http://stephenbarnabas.blogspot.com

http://mysecretpower.blogspot.com