Dikutip dari : http://wahw33d.blogspot.com/2010/08/13-pendekar-kungfu-yang-berkontribusi.html
13 Pendekar Kungfu Yang Berkontribusi Besar di Dunia Kungfu
Posted by Gusti on 17.37
48Share
Kung fu adalah ilmu bela diri dari Tiongkok. Akan tetapi, arti kata kung fu yang sebenarnya memiliki makna luas, yakni sesuatu yang didapat dalam waktu yang lama dan dengan ketekunan yang sungguh-sungguh.
Kungfu mempunyai sejarah dan tradisi ilmu bela diri yang sangat panjang, ketat, teruji dan efektif sejak 5000 tahun yang lalu bersamaan dengan munculnya aliran kepercayaan Dao (Taoisme) yang kelak akan berkembang menjadi agama khusus.
Pada tahun 2500-an, mulai bermunculan berbagai aliran Kungfu yang melegenda hingga kini, dimulai dari Kuil Shaolin (Siaw Liem Sie), Wudang (Butong), Omei (Emei-Gobi), Kun Lun, Huasan, Thian San, Khongtong dan lain-lain. Secara umum, terdapat 100 lebih aliran Kungfu dan ribuan jurus serta berbagai jenis ilmu yang unik dan aneh, mulai dari yang paling keras dan ganas (external arts) hingga ilmu yang paling lembut dan ringan seperti kapas (internal arts).
Para Pendekar Kungfu masa lalu yang terkenal memberikan kontribusinya dalam Dunia Kungfu antara lain :
1)Bodhidharma (Da Mo/Tat Mo atau Daruma dalam bahasa Jepang).
Beliau adalah Pendeta spiritual Zen Budha dari India yang bertapa 9 tahun di Kuil Shaolin dan Pencipta berbagai jenis ilmu legendaris seperti : Ilmu Perubahan Urat & Otot (Yi Jin Jing/I Chin Ching), 9 Matahari (Kiu Yang Cin Keng), 5 Jurus Hewan, Jari Zen, dll. Namun sayangnya, beberapa diantara ilmu tersebut sudah lenyap. Konon pada saat menyebrang lautan hingga ke Tiongkok, Beliau hanya berdiri diatas sebatang dahan kecil dan gua tempat pertapaan Bodhidharma meninggalkan bayangan lekuk tubuhnya pada saat bermeditasi di tembok gua hingga kini. Selama bermeditasi 9 tahun di gua tersebut, Bodhidharma mampu mendengar pembicaraan berbagai jenis mahluk hidup seperti semut misalnya.
2. Thio Sam Hong
Di masa mudanya, Thio Sam Hong adalah murid yang sangat berbakat di Kuil Shaolin. Karena diberlakukan semena-mena oleh para senior, Beliau keluar dari Kuil Shaolin dan belajar mengembangkan Kungfu sendiri dengan memperhatikan berbagai fenomena alam seperti terpaan angin keras terhadap pohon bambu, pertarungan bangau dan ular, kokohnya pertahanan belalang sembah dari terpaan angin dan lain-lain. Setelah mengerti & memahami Intisari Alam Semesta, Thio Sam Hong muda menyepi di gunung Hua San untuk menyempurnakan ilmu-ilmunya.
Pada saat Beliau turun gunung, Beliau menjelajahi seluruh Tiongkok dan mengadu ilmunya dengan para Ahli Bela Diri dan/atau Pendekar semua aliran. Berdasarkan literatur kuno, tercatat 2 pertarungan yang sangat terkenal, yakni pertama adalah pertarungan antara Thio Sam Hong dengan Pegulat Nomor 1 (Satu) Mongol yang sangat besar, kuat dan agresif. Belakangan diketahui pula bahwa Pegulat tersebut juga sangat ahli dalam berbagai aliran Kungfu Tiongkok. Pegulat Mongol tersebut konon mengalahkan banyak petarung Kuil Shaolin dan sejumlah Pendekar aliran keras lainnya. Pertarungan antara Thio Sam Hong dengan Pegulat Mongol tersebut dimenangkan oleh Thio Sam Hong dengan ilmu barunya, Tai Chi! Pertarungan kedua adalah seorang diri Thio Sam Hong mengalahkan lebih dari 100 orang gangster di sarang penyamun hanya dengan tangan kosong! Semenjak itu, Thio Sam Hong diakui oleh seluruh kalangan persilatan menjadi Pendekar Tanpa Tanding pada saat itu.
Setelah merasa cukup dalam perantauanya, Beliau naik ke gunung Wudang (Butong) dan mendirikan Perguruan Wudang dengan basis utama pengajaran : Taoisme. Thio Sam Hong sendiri diyakini merupakan Pencipta Ilmu Tai Chi pertama dan sangat Ahli dalam Ilmu Tao Yin (Nei Kung). Konon Thio Sam Hong hidup di 3 (tiga) jaman (Immortal Taoist)dinasti,yakni Dinasti Sung, Dinasti Yuan (Monggol) dan Dinasti Ming (Han).
3. Yue Fei
Beliau adalah Jenderal Patriot yang terkenal dari Dinasti Sung (960-1279) dan hingga akhir hayatnya tetap setia membela negara walaupun difitnah dan dihukum mati oleh penguasa lalim. Jenderal Yue Fei adalah pencipta Kungfu Internal dan eksternal, yakni : Hsing - I (Xing Yi) dan Eng Jiaw (Cakar Elang). Selain ahli dalam pertarungan tangan kosong, Jenderal Yue Fei juga ahli dalam 18 senjata Shaolin khususnya tombak tunggal.
Konon ilmu tombaknya setara dengan ilmu tombak Keluarga Yang (Ilmu tombak Keluarga Yang merupakan ilmu silat keluarga turun temurun yang sangat khas dan tinggi serta hanya sedikit Ahli/Pendekar yang mampu menandingi ilmu mereka pada jamannya. Berdasarkan catatan kuno, diketahui bahwa ilmu tombak tingkat tinggi Keluarga Yang mempunyai sejumlah keistimewaan, yakni : Ilmu Tombak Melekat/Berpilin dan Ilmu Tombak (Toya) Naga Perkasa yang mampu melumpuhkan/membunuh lawan tanpa menyentuh fisik.
Catatan : Keluarga Yang merupakan patriot sejati Dinasti Sung yang tetap setia hingga akhir kejatuhan Dinasti Sung oleh Monggol). Kungfu Hsing I sendiri sempat lenyap dari dunia persilatan pasca meninggalnya Jenderal Yue Fei hingga sampai ditemukan kembali Kitab Kungfu Hsing I peninggalan Jenderal Yue Fei menjelang akhir Dinasti Ming oleh Ji Long Feng (Ji Jike). Kemudian Ji Long Feng menurunkan Kungfu Hsing I ke Keluarga Ma, Cao Ji Wu dan lain-lain hingga akhirnya muncul Kuo Yun Shen dan Sun Lutang sebagai ahli-ahli Kungfu Hsing I yang luar biasa.
4. Lima Leluhur Shaolin
Pasca pembakaran Kuil Shaolin dalam pertempuran kedua antara para Pendeta Kuil Shaolin dengan 50.000 Tentara Qing bersenjata lengkap dan modern yang dibantu para Lhama Tibet dan Praktisi Pak Mei (White Eyebrow). Kelima leluhur tersebut adalah : a) Choi Tak-Chung (蔡德忠) b) Fong Tai-Hung (方大洪) c) Ma Chiu-Hing (馬超興) d) Wu Tak-Tai (胡德帝) e) Lee Sik-Hoi (李式開) Berdasarkan literatur lama, disebutkan bahwa Kuil Shaolin hancur total dan terbakar selama 40 hari 40 malam dalam serangan tersebut.
Seluruh catatan kuno ribuan tahun termasuk sejumlah ilmu Kungfu legendaris dan senjata pusaka hilang atau habis terbakar. Dari ribuan Biksu dan non Biksu Shaolin, hanya 5 orang yang lolos dari serangan tersebut dan kemudian mereka menyebar keseluruh Tiongkok sembari menyebarkan Shaolin Kungfu serta perlawanan anti Dinasti Qing. Kehancuran Kuil Shaolin diakibatkan oleh adanya pengkhianatan oknum Shaolin yang ternyata adalah antek-antek Dinasti Qing yang menyusup dan menabur racun diberbagai titik sumber air dan makanan para Bhiksu.
Pada saat serangan kedua tersebut, kondisi fisik yang keracunan telah menyebabkan hilangnya kemampuan bertarung para Bhiksu dan Non Bhiksu Shaolin. Dalam pertarungan pertama, para Petarung Kuil Shaolin berhasil mengusir puluhan ribuan tentara Dinasti Qing yang bersenjata lengkap. Kegagalan dalam serangan pertama tersebut, membuat Kaisar Qing di puncak kemarahan. Sang Kaisar mengumpulkan tentara-tentara terbaik dari setiap legiun dan merekrut seluruh ahli bela diri Kungfu (termasuk para Lhama Tibet dan Praktisi Pak Mei) yang loyal kepada Dinasti Qing untuk bersama-sama menyerbu Kuil Shaolin serta menpersiapkan strategi penyusupan/perusakan dari dalam Kuil Shaolin.
Dikemudian hari, 5 Leluhur Shaolin ini identik pula dengan 5 Tokoh Utama yang terkenal, yakni : a) Hung Hei-Koon 洪熙官 Hóng Xīguān/Hung Hei Gun, Pencipta Kungfu Hung Gar Hung Hei Koon adalah murid utama dari Bhiksu Gee Sin Sim See. Beliau terkenal sebagai Ahli Gung Gee Fok Fu Kuen (Siu Lum Fook Fu Kuen)dan Cakar Harimau Sejati. Jurus cakar harimaunya terkenal sangat ganas dan bertenaga. Kebanyakan korban keganasan jurus Hung Hei Koon adalah para tentara Qing dan antek-antek Manchu. b) Lau Sam-Ngan 劉三眼 Liú Sānyǎn/Lau Sam Ngan. Pencipta Kungfu Lau Gar Beliau dikenal dengan julukan "Lau si 3 Mata" c) Choi Kau-Yee 蔡九儀 Cài Jiǔyí/Choy Gau Yi, Pencipta Kungfu Choi Gar d) Lee Yau-San 李友山 Lǐ Yǒushān/Li Yau San, Pencipta Kungfu Lei Gar. Beliau adalah Guru dari Chan Heung, Pencipta Kungfu Choi Lei Fut e) Mok Ching-Kiu 莫清矯 Mò Qīngjiǎo/Mok Ching Giu, Pencipta Kungfu Mok Gar
5. Wong Fei Hung
Beliau adalah Ahli Kungfu, Pendiri Rumah Obat Pho Chi Lam dan sekaligus Shinshe Akunpuntur yang sangat terkenal dengan berbagai jenis ilmu Kungfu seperti : Ilmu Pasangan Harimau dan Bangau, Tendangan Tanpa Bayangan, Toan Ta, Toya 8 Diagram dan lain-lain. Murid-murid Beliau yang sangat terkenal antara lain : Lam Sai Wing, Leung Fong, Tang Fung dan Lin Wan Gai. Wong Fei Hung merupakan anak dari Wong Kei Ying, salah satu Pesilat terkenal dari "10 Harimau Kanton".
Pada masa hidupnya, Wong Fei Hung terkenal dengan berbagai pertarungan baik dengan para pesilat lokal maupun petarung asing demi mempertahankan "China's Pride" yang pada saat itu jatuh hingga ke titik terendah. 2 (Dua) pertarungan yang sangat terkenal adalah pada saat Wong menjatuhkan lebih dari 50 orang pesilat gangster/bajak laut di pelabuhan hanya dengan sebatang toya dan pertarungan kedua adalah pada saat Beliau bersama dengan Liu Yong Fu berperang langsung dengan tentara Jepang di Taiwan.
Beliau sendiri merupakan murid langsung dari Pengemis Sakti So (Beggar So), Lam Fuk Sing dan ayahnya sendiri yang notabene adalah anak dari Wong Tai, murid langsung Luk Ah Choi, Ahli Kungfu Hung Gar dan sekaligus murid langsung dari Biksu Shaolin terkenal : Gee Sin Sim See, Li Bak Fu & Hung Hei Koon.
6. Hua Yan Jia (Fok Yuen Gap)
Beliau adalah Pendiri Chin Woo Athletic Association yang hingga kini telah tersebar lebih
dari 50 cabang di USA, Kanada, Argentina, Peru, Makau, Hongkong, China, Jepang, Wales, Selandia Baru, Srilanka,
Vietnam, Australia, Singapura, Thailand, Malaysia dan lain-lain. Beliau merupakan Pendekar Kungfu yang terkenal sangat
nasionalis dan juga lahir dari keluarga pesilat aliran Huo. Pada masa hidupnya, baik Beliau maupun muridnya Liu
Zhensheng terkenal sebagai Pendekar Kungfu yang banyak mengalahkan berbagai praktisi aliran beladiri dari berbagai
negara seperti pegulat, petinju, Pejudo dan Karateka dari Rusia, Inggris dan Jepang. Huo Yan Jia meninggal pada umur
42 pada tahun 1910 dan berdasarkan hasil otopsi Tianjin Municipality Police Laboratory, ditemukan racun arsenik dalam
tubuh Huo. Para petinggi Chin Woo dan Dokter pemeriksa menduga bahwa racun tersebut terkait dengan hasil
pertarungan terakhir dengan Japanesse Judo Association ("JJA") yang berakibat banyaknya anggota JJA yang menderita
kekalahan atau luka fatal di matras pertarungan
.
7)Keluarga Chen, Chen Fa Ke
salah satu penerus Tai Chi aliran Chen yang
sangat terkenal pada masa hidupnya karena tidak ada satupun lawan yang dapat mengalahkannya. Banyak Ahli Bela Diri
baik aliran keras maupun lembut serta berbagai aliran Bela Diri lain yang mengakui bahwa Chen Fa Ke adalah Pesilat
Tak Terkalahkan pada jamannya.
8)Keluarga Yang, Yang Lu Chan (Yang Fu Kui).
:
Beliau adalah Pendiri Tai Chi aliran Yang.
Pada masa hidupnya, Beliau juga terkenal sebagai Pendekar dengan julukan "Yang Wu Di = Yang Tak Terkalahkan".
Keturunan Beliau dan penerusnya yang sangat terkenal antara lain : Yang Chien Hou, Yang Shao Hao, Yang Cheng Fu &
Chen Man Ching. Ilmu Tai Chi Yang Lu Chan sendiri terkenal dengan sejumlah julukan, yakni Mien Quan (Cotton
Fist)dan Hua Quan (Neutralising Fist).
9) Kuo Yun Shen (Guo Yun Shen/Yu Sheng)
terkenal dengan ilmu silatnya dan Nei Kung yang sangat tinggi. Beliau adalah ahli Kungfu
Hsing - I (Xing Yi). Kuo Yun Shen dijuluki "Ban Bu Peng Kuo" karena terkenal dengan penguasaan ilmu Peng Quan
("Crushing Fist") yang sempurna, salah satu ilmu dari 5 Elemen Hsing I). Konon Ilmu Tapak Kapasnya mampu
merontokkan tubuh lawan cukup hanya dengan menyentuhnya. Kuo Yun Shen pernah menepuk 10 batubata dengan
lembut dan semuanya hancur terburai. Beliau sendiri adalah murid terbaik dari Master Li Luoneng dan tidak pernah
terkalahkan oleh siapapun pada jamannya. Hanya satu orang yang dapat mengimbangi Master Kuo Yun Shen, yakni
Tung Hai Chuan dalam pertarungan sengit selama 3 hari 3 malam yang berakhir seri dan akhirnya mereka menjadi
sahabat baik yang saling bertukar ilmu Kungfu.
10)Sun Lutang (Sun Fu Quan)
Beliau adalah Pencipta Tai Chi aliran Sun
dan terkenal sebagai Ahli Hsing I dan Bagua. Beliau merupakan murid dari berbagai Ahli Kungfu seperti Bhiksu Wu, Kuo
Yun Shen, Li Kui Yuan, Cheng Ting Hua (Ahli Baguazhang), Hao Wei Chen (Ahli Wu Yu Xiang Tai Chi) dan lain-lain.
Julukan Beliau adalah : "Pendekar Kepala Harimau" dan "Lebih Pintar daripada Monyet Aktif".
11) Tung Hai Chuan (Dong Haichuan)12)
adalah pencipta ilmu Baguazhang
(Zhuanzhang)dan terkenal tidak terkalahkan pada jamannya. Salah satu pertarungan terkenalnya adalah pertarungan 3
hari 3 malam dengan Master Kuo Yun Shen yang berakhir seri. Selain ahli Baguazhang, Beliau juga ahli dalam ilmu
Bafanshan, Hongquan, Xingmengquan, Jinggangquan, Erlangquan dan Lohanquan.
12. Yip Man (Ip Man)12
Yip Man (Ip Man) merupakan salah satu
ahli Kungfu Wing Chun ternama dan terkenal sebagai Pesilat yang tak terkalahkan namun sangat "low profile". Beliau
merupakan murid langsung dari Chan Wah Sun, Ng Chung Sok & Leung Bik (anak dari Leung Jan). Selama di Foshan,
Tiongkok, Beliau mempunyai beberapa murid yang terkenal antara lain : Lok Yiu, Chow Kwong Yue,Kwok Fu, Lun
Kai,Chan Chi Sun dan Lui Ying. Pada saat di Hongkong, sejumlah murid Beliau yang terkenal adalah Leung Sheung, Lok
Yiu, Chu Song Tin, Wong Shun Leung, Lo Man Kam dan Li Siau Lung (Bruce Lee).
13. Bruce Lee (Lee Jun Fan/Lee Siau Lung).
Praktisi Wing Chun dan Pendiri Jeet Kune Do (Intercepting Fist). Beliau adalah aktor
sekaligus seniman bela diri yang berangkat dari hobi perkelahian jalanan bahkan dengan anggota2 geng mafia. Pada masa
hidupnya, Beliau terkenal dengan sejumlah pertarungan nyata dengan berbagai praktisi bela diri baik pada masa syuting
film maupun hari-hari yang telah ditentukan. Berikut adalah daftar sejumlah pertarungan Bruce Lee yang tercatat : a) Pada
tahun 1958, Bruce Lee mengalahkan Juara Boxer Inggris 3x, Gary Elms di ronde ketiga dengan KO dalam kejuaran
Hongkong Inter School Amateur Boxing Championship b) Sebelum berhadapan dengan Gary Elms, Bruce Lee
mengalahkan Shen Yuen, Lieh Lo dan Yang Huang semuanya di ronde pertama dengan KO c) Bruce Lee mengalahkan
Pu Chung, Ahli Kungfu Choy Li Fut dengan KO di ronde pertama dalam pertarungan Full Contact Body. Sponsor
pertarungan tersebut adalah Wong Sheung Leung d) Selama tahun 1959-1960, Bruce Lee terlibat banyak pertarungan di
jalanan dan rata-rata korbannya KO atau cacat, sehingga pihak Kepolisian menjadi sibuk akibat hobi Beliau e) Pada
tahun 1962, Bruce Lee mengalahkan Uechi juara Karate Sabuk Hitam dengan KO 11 detik di Seattle. Taki Kimura
justru menghitung KO tersebut dalam waktu 10 detik! f) Pada saat syting film The Big Boss di Thailand, Bruce menjawab
tantangan dari para Muai Thay dengan meng-KO wakil mereka hanya dalam hitungan detik g) Pada saat syuting film
Enter The Dragon, Bruce juga menjawab tantangan seorang Karateka Ban Hitam dengan meng-KOnya dalam hitungan
detik h) Dalam beberapa kesempatan, Bruce menjawab tantangan dari berbagai ahli bela diri baik dengan menggunakan
tangan kosong maupun senjata, namun semua lawannya rata-rata mengalami nasib KO atau tidak dapat melanjutkan
pertarungan. Pada umumnya pertarungan tersebut disaksikan banyak orang atau ahli-ahli bela diri lainnya i) Pertarungan
yang terlama dan cukup menguras energi Bruce Lee adalah pada saat Beliau berhadapan dengan Wong Jack Man, ahli
Xing Yi, Kungfu Shaolin Selatan dan Tai Chi. Konon Wong Jack Man adalah petarung Kungfu dari Chin Woo School.
Pertarungan selesai dalam waktu 20-25 menit dengan kemenangan Bruce Lee. Di lain kesempatan, Wong Jack Man
mengajukan tantangan kembali namun Bruce Lee tidak pernah menanggapi. Belajar dari pertarungan tersebut, Bruce
mengintegrasikan seluruh kemampuan dan ilmu bela dirinya dan akhirnya menciptakan aliran bela diri baru, yakni : Jeet
Kune Do.
source:http://www.kaskus.us/showthread.php?t=5123217
Artikel Terkait
Orang Dan Tokoh
• Luther George Simjian, Si Penemu Mesin ATM
• 5 Tokoh Otodidak Sejati Yang Menjadi Orang Besar
• 6 Wanita Yang Memiliki 2 Buah Vagina di Tubuhnya
• Lady Evelyn, Bangsawan Inggris Yang Naik Haji Pertama Kali
• Kembaran-kembaran Obama Dari Berbagai Negara
• Pria Super Jenius Dengan Kelatarbelakangan Mental
• Inilah Manusia Terakhir Keturunan Suku Aztec
• 5 Orang Dengan Hobi Paling Aneh di Dunia
• Tukang Becak Penyumbang Ratusan Juta Untuk Yatim Piatu
• 2 Dokter Indonesia Yang Kiprahnya Sudah Mendunia
• 6 Tokoh Horor Paling Legendaris di Amerika
• 4 Anak Kecil Yang Memegang Profesi Istimewa Saat Ini
• Shugendo, Bhikshu Yang Me-Mumifikasi Dirinya Sendiri
• Inilah Karan Singh, Balita Paling Jangkung di Dunia
• 10 Orang Paling Populer di Twitter
• Tokoh James Bond Ternyata Memang Ada
• Wajah di Balik Topeng Pesulap Si Pembongkar Trik
• 10 Presiden Terbaik Dalam Sejarah Pemerintahan Amerika
• Putri Bangsa Yang Menjadi Animator Film Upin & Ipin
• Saat-saat Terakhir Presiden Soekarno
• Pemilik Rambut Termahal di Dunia (Rp 9 Milyar)
• Simo Hayha, Prajurit Seram Berjuluk The White Death
• Orang Indonesia Pertama Yang Punya Mobil Pribadi
• 5 Kembar Paling Luar Biasa di Dunia
• Kisah Sukses Mike Lazaridis, Pencipta Ponsel Blackberry
You might also like:
Jago KungFu Ini Pecahkan Rekor Berjalan Diatas Air
Senin, 25 Oktober 2010
Biografi SUHU : http://www.silat.de/flashback_of_pgb_en.html
Dikutip dan diterjemahkan dari : http://www.silat.de/flashback_of_pgb_en.html
BIOGRAFI DARI MASTER GRAND
DARI
PGB Bangau PUTIH
SUHU meja direksi Rahardja
Suhu Subur Rahardja lahir pada tanggal 4 April 1925. Namanya saat lahir adalah Liem Sin Tjoei, anak dari Liem Kim Sek dan Tan Kim Nio. Mereka tinggal di Angbun St, # 79 Lebak Pasar, Bogor, dimana kedua kakak-kakaknya, Pouw Liem Nio dan Liem Teng Sin, juga dibesarkan. Ini adalah kebiasaan pada waktu itu untuk memanggil anak laki-laki dengan sebutan "Babah" Babah Cuih, jadi Suhu dipanggil. Ini kemudian disingkat menjadi Ba-CIH. [I]
Dari waktu dia berumur 6 tahun, Suhu bergabung dengan saudara-saudaranya leluhurnya yang dididik oleh ayah mereka. Ayahnya adalah seorang master seni bela diri yang datang dari garis panjang seniman bela diri. Suhu semakin terlatih dalam dasar-dasar silat oleh Arung Yat Long, seorang guru seni bela diri juga berada di Lebak Pasar.
Ketika Suhu adalah seorang anak kecil, ia suka bermain dengan layang-layang dengan teman-temannya. Meskipun masih anak-anak, guru kami sudah senang bersosialisasi, mencintai teman-temannya, dan siap untuk membela salah satu dari mereka yang dalam kesulitan. Selama tahun-tahun sekolahnya, Suhu memiliki pendidikan Belanda di sekolah Kesatuan dan juga belajar bahasa Inggris di sekolah Tunas Harapan, di Suryakencana, Bogor. Ia lebih lanjut dididik di sekolah KESAWAN Gedung.
Ketika Suhu berusia 8 tahun, ayahnya meninggal dunia. Suhu kemudian diadopsi oleh pamannya, Liem Kim Bouw, seorang guru seni bela diri dan obat penyembuh ahli yang tinggal di Pulo, Bogor, tidak jauh dari Lebak Pasar. Dalam kediaman ayah angkatnya, Suhu datang untuk mengetahui banyak Ilmu [ii] karena dia dipercayakan kepada berbagai guru. Pamannya, seorang mahasiswa mpe. Sutur, pendiri Cimande [gaya pencak silat], sering diterima di berbagai rumah juara bela diri yang membutuhkan bantuan.
Setiap hari, Suhu membantu pamannya di toko obat herbal nya, Sumbur Sehat [Emerging Kesehatan]. Suhu juga aktif dalam Asmara, suara dan grup musik keroncong [iii] Pada 1940, dari kelompok ini membentuk Pulo Macan Lima [Lima Macan Pulo], yang mulai memegang latihan [sesi pelatihan seni bela diri]..
Mereka adalah:
Oei Peng Hoei
Tjioe Wie Kwat
Kwee Hian Tjie
Lim Sin Teng (a.k.a. Lim Sin Tjoan)
Lim Sin Tjoei (a.k.a. Suhu Subur Rahardja)
Pada tahun 1950, Suhu mulai bekerja di kantor / distribusi penjualan Stanvac di Jakarta. Ini perusahaan yang berbasis di Amerika aktif di bidang kilang minyak bumi. Divisi ini merupakan perpanjangan dari bidang Sungai Gerong. Di kantor Merdeka Selatan, Suhu ditangani pembukuan dan utilitas dan sebagai kepala Layanan Mailing bertanggung jawab atas korespondensi.
Pada tahun 1951, Suhu menikah Lie Gwat Nio. Mereka dikaruniai 9 putra dan putri:
Lukman Rahardja
Yulianti Rahardja
Andyan Rahardja
Yuliany Rahardja
Irwan Rahardja [a.k.a. Ii]
Gunawan Rahardja [a.k.a. Jijin]
Lim Lan Hoa (almarhum)
Fransisca Rahardja
Ardyan Rahardja [a.k.a. Dd]
Pada tahun 1952, ketika Suhu berusia 27 tahun, PGB resmi didirikan.
Sejak saat itu, waktu dan hidupnya dicurahkan untuk PGB. Dia membuat PGB dan murid-muridnya yang membutuhkan bantuan prioritas pertama.
Perluasan PGB Bogor menjadi sangat cepat setelah dia menunjukkan [silat] di Stanvac. Staf seluruh kantor mulai mengikuti pelatihan [silat]. Biasanya sekitar tengah hari Suhu melatih pekerja kantor di ruang kantor kosong. Kebetulan bahwa di antara para karyawan Stanvac ada juga seorang guru gaya silat yang dikenal sebagai Pat Kwa. Namanya Ciang Peng. Dia mengundang Suhu untuk berbicara dan kemudian mencoba kemampuannya terhadap dia. Dalam satu kontes keterampilan, Suhu melemparkan Ciang Peng.
Kelompok latihan lebih dibentuk di Jakarta, menjadi sangat jelas bahwa Suhu tidak cukup tidur dan jarang berkumpul bersama dengan istri dan anak-anaknya. Pada hari kerja ia berangkat kerja sebelum anak-anaknya terbangun. Dia naik kereta api ke Jakarta. Setelah jam kantor, ia pergi untuk melatih di berbagai tempat. Pada saat Suhu pulang ke rumah, istri dan anak-anak sudah tertidur lelap. Bahkan pada hari libur (Sabtu), Suhu akan pergi ke Jakarta. Rekan-rekannya dan teman-teman akan menunggu dia dengan pintu air untuk dapat masuk ke Jalan Kesehatan [Kesehatan Jalan] bersama-sama. Setelah pelatihan, mereka makan siang bersama. Seringkali Suhu bersandar di pohon atau di mana pun dan segera jatuh tertidur lelap. Ketika hampir waktunya untuk sesi pelatihan untuk memulai di tempat lain (yaitu Bungur atau Gunung Sari), ia akan bangun.
Jabatan terakhir beliau di Stanvac sebelum diambil alih oleh Pertamina [minyak perusahaan milik pemerintah Indonesia] berada di departemen Utilitas. tugas utamanya adalah untuk menutupi bekerja untuk karyawan cuti. Dia juga mengawasi daerah lain, termasuk: (1) Pengolahan bahan makanan seperti rumput laut dan temulawak [herbal]; (2) pengembangan solusi Memproduksi film dan peralatan fotografi, dan (3) Pengolahan kopi yang dibutuhkan oleh Jama'ah [orang haji berangkat ziarah ke Mekah].
Suhu suka pergi berburu dengan cara yang cukup unik, bahkan luar biasa. Cukup dengan menginjak-injak kakinya di tanah, ia menarik binatang liar yang akan mendekatinya. Dia berhenti kegiatan ini setelah mendengar teriakan kera ibu karena ia telah menjadi terpisah dari anak-anaknya.
Meskipun tidak ada gading yang tak retak, retak nya lebih dari dikompensasikan dengan kualitas nya tak terlukiskan yang luar biasa. Bahkan mendengar dia batuk dari jarak sekitar 5 meter jauhnya, orang akan merasakan getaran di dada sendiri. Sekali ketika ia berada di pantai Pelabuhan Ratu, selama kejuaraan PIBU [sebuah kompetisi di antara master bela diri] di Jawa Barat, Suhu dinyatakan Martial Arts Juara Nomor Satu tanpa harus bersaing, karena kakinya tidak meninggalkan jejak di pasir.
'Wah' Semua yang [daya mistis] dirasuki oleh Suhu, namun tidak sedikit pun kesombongan di penampilannya. kekuatan rohani nya terlihat dari pakaian sehari-hari dari sebuah t-shirt putih dan celana panjang longgar. Dia akan berkumpul dengan murid-muridnya, bersantai di kursi kayu asam, atau membaca Kho Ping Ho di kursi rotan di Kebon Jukut, Bogor [PGB markas dan pusat pelatihan utama].
Sampai dia meninggal, satu-satunya keinginan adalah untuk menyebarkan ilmu [silat]. Dia tidak ambisius, namun tetap membuat Indonesia terkenal di tanah Australia, Eropa, dan Amerika.
Suhu Subur Rahardja - tubuh Anda dimakamkan di Tugu, Cisarua, tetapi produk perjuangan Anda dan karisma hidup di dalam hati semua yang tahu Anda.
AWAL PERJALANAN PGB
Periode tahun 1950> Latar Belakang Pembentukan PGB
Anggota Lima Pulo Macan setiap pengetahuan khusus memiliki ilmu [silat] dan mayoritas gerakan unsur hewan seperti burung, monyet ular, harimau, dan naga. Pada awalnya mereka hanya dilatih bersama. Pelatihan ini dilakukan secara rahasia, bahkan dari ayah angkat Suhu's, Lim Kim Bouw. Menurut kakak nyata Suhu's, Liem Sin Teng, yang merupakan salah satu anggota Lima Pulo Macan, pelatihan mereka terdiri bertukar pengetahuan satu sama lain bahwa masing-masing telah diberikan oleh orang tua mereka. Dalam tradisi Cina, setiap keluarga biasanya memiliki [seni bela diri sistem] ilmu tertentu yang dikenal sebagai gaya bahwa keluarga dan berturut-turut diturunkan dari generasi ke generasi hanya dalam keluarga itu. Karena sifat rahasia dari pengetahuan ini, kadang-kadang terjadi bahwa beberapa ilmu hilang untuk generasi mendatang.
pelatihan mereka juga termasuk menonton film silat kedua silat impor yang baik serta silat tradisional. Selama periode ini, detail dari gerakan silat dalam film itu begitu jelas sehingga, setelah kembali pulang, mereka bisa berlatih bersama seni langkah bela diri bahwa mereka telah menghafalkan dan juga membahas mereka.
Meskipun Lima Pulo Macan biasanya tidak menerima mahasiswa dan enggan untuk menjadi guru disebut, Suhu akhirnya menerima satu orang yang minta dibawa sebagai mahasiswa. Ini Kwe Ciu Kong, alias Kong-Kong. Setelah itu, lebih banyak anggota datang: Tam Kong Hwa, Ong Kiat Wie, Kwe Ciu Cin, Lu Sian Eng, dan John Atmadja. Secara bertahap, jumlah anggota meningkat.
Pemilihan anggota baru dilakukan oleh tim pengawas yang dibentuk oleh Suhu, yang termasuk Lu Sian Eng, Tirta Rahardja, dan Ong Kiat Wie. Tugas tim ini adalah untuk menyelidiki latar belakang calon mahasiswa. Mereka yang merasa memiliki hak untuk mendapatkan "Surat Berkelakuan Baik" [Bagus Pemeriksaan Surat] bisa diterima sebagai mahasiswa setelah melewati inisiasi. Siswa harus mencari batu kali seukuran marmer bermain, kemudian bulat itu dengan cara apapun yang mereka lihat cocok. Batu bulat itu disimpan dalam wadah di depan altar di kediaman Liem Kim Bouw's. Batu-batu ini melambangkan kekerasan dan kebulatan tekad siswa untuk menghadapi instruksi. Mereka juga harus membuat janji penting tidak untuk menunjukkan gerakan tanpa izin Suhu's. Suhu pada waktu itu ditujukan sebagai 'Encek' [Muda Paman] oleh semua murid-muridnya.
B. Periode 1952> Pendirian Resmi PGB
Karena ada peningkatan jumlah anggota, termasuk beberapa dari luar Bogor, perlu untuk mengatur kegiatan pelatihan. Itu adalah terutama penting saat ini supaya klub dianggap sebagai asosiasi ilegal. [Iv]
Setelah mencapai kesepakatan [untuk memulai organisasi], tanggal ditetapkan: 25 Desember 1952. Semua anggota klub dan mahasiswa berkumpul untuk pelatihan malam itu, yang bertepatan dengan bulan purnama. Mereka mendirikan organisasi mereka secara resmi sebagai sebuah klub latihan silat dengan nama: Persatuan GERAK BADAN (PGB) - BOGOR di Gg. Angbun no. 79, II Rt / Rw VII Lebak Pasar. [V]
* Nama itu dipilih karena setiap gerakan [Gerak] dari [badan] tubuh kita dapat membentuk sebuah pesta, pemogokan, dan sebagainya. *
Pada saat itu, semua orang juga sepakat simbol bagi organisasi. Simbol ini terinspirasi oleh sebuah klub di Jakarta, bernama Hiap Tong Hwe, yang sudah dibubarkan. Simbol ini juga dipilih karena Suhu mencintai crane, yang bersih dan putih, anggun luwes, tenang, dan menikmati berkumpul bersama. Dia kemudian menjelaskan pada pertemuan yang crane adalah burung yang dapat beradaptasi dengan lingkungan apapun. Hal ini dapat terbang, tapi tidak terlalu tinggi, berarti crane tidak pernah terlalu jauh dari dunia (bumi). Pada saat yang sama, tidak bisa sepenuhnya terikat. crane yang memiliki gaya hidup harmonis. Hal ini suka berkumpul tanpa noise. karakteristik Yang paling terkenal adalah tenang internal yang mendalam.
lambang itu ditarik oleh Lim Siang Hian, yang mengubah warna lambang asli (simbol inspirasi).
lambang sebagaimana ia menarik itu datang berarti sebagai berikut:
The White Crane melambangkan tenang (yang) [pokok maskulin], kemurnian, dan ketekunan.
Kuning (di luar) melambangkan kesatuan [Persatuan].
Kuning (di dalam) melambangkan pengetahuan [keilmuan] ilmiah.
Merah melambangkan rakus mementingkan diri sendiri (yin) [pokok feminin]. [Vi]
Biru melambangkan lingkaran dunia.
Lingkaran kecil di kiri dan kanan melambangkan keseimbangan.
Sebagai sekretaris pertama yang dipilih, Ong Kiat Wie adalah liasion untuk PGB antara luar dan organisasi. Sebagai PGB sekarang resmi, pemerintah memberikan izin formal bagi organisasi untuk terus ada. Selanjutnya, Suhu Subur Rahardja sistematis mengatur undang-undang dan aturan untuk asosiasi.
Suhu membahas kebutuhan pelatih berkualitas dengan Kwi Guan dari Bandung. Sebagai hasil dari diskusi ini, Sekolah Gerak Badan (SGB) [Tubuh Gerakan Sekolah] dibentuk di Bandung untuk mempersatukan pesilat [bela diri seniman].
Untuk mewujudkan tujuan ini, mereka memutuskan untuk pertama kali melakukan pertemuan pada malam bulan purnama. Ini adalah pada hari kelima belas bulan kedelapan kalender [lunar] Cina. Pada kesempatan ini, Suhu diundang pesilat profesional, keluarga mereka, teman baik, dan pelatih. Acara ini dimaksudkan untuk bertukar ide. Suhu juga memberikan instruksi lisan kepada siswa yang lebih berkompeten saat ini. Siswa memiliki kesempatan untuk bertanya "Young Paman / Suhu" untuk menunjukkan gerakan tertentu.
Untuk memperluas wawasan dan menjaga persahabatan antara seniman bela diri, siswa pertukaran mulai mengunjungi salah satu sekolah seni bela diri lain.
Mereka termasuk:
Kwi Guan dari Bandung: Dia adalah salah satu dari Saudara seperguruan Suhu's
[Persaudaraan sekolah]. Ia sering diminta untuk mengajar di Bogor.
Cua Kek Kiong: dari sekolah Bu Ceng Hwe, Jakarta
Tjio Swi Hong: yang dikenal karena Shan Tung
[Seni bela diri Cina] pengetahuan.
Lo Ban Teng: master kung fu Cina dari Jakarta.
Bapak Suhaya, H. Dulhamid: dari Cimande [a pencak silat gaya]
C. 1953 - Periode 1965> The Time Jaya PGB
Tempat pelatihan di Angbun Street tidak bisa lagi menampung pertumbuhan terus menerus dalam keanggotaan, sehingga mereka sering meminjam ruang di sekolah KESAWAN Gedung, Bogor.
Setelah itu di tempat ini ada juga diadakan seni silat menunjukkan dalam bentuk Ki Lin. Ki Lin adalah hewan mitos yang sebesar keledai, bertanduk seperti rusa, dan bersisik seperti ular. Menurut legenda, Lin Ki adalah dikendarai oleh dewa.
Ki Lin seni silat ditunjukkan sekitar Bogor dari setiap Tahun Baru Cina untuk Cap Go Me, tanggal lima belas bulan pertama di tahun Cina. Sepanjang jalan, orang-orang melambaikan amplop diisi dengan uang untuk memberi makan Lin Ki. Bahkan ada orang yang telah meja penuh dengan buah-buahan dan kue sebagai persembahan kepada Ki Lin, sehingga Lin Ki akan berhenti oleh mereka tempat.
Keuntungan dari menunjukkan Lin Ki disumbangkan untuk:
Sebuah organisasi perempuan Indonesia koordinasi yang dipimpin oleh Ibu Karta Jumena
Sebuah sekolah melek - Gedung Dalam, Bogor
Tentara istri organisasi (Persit) - Bogor
Dan persentase tertentu dari peristiwa ini datang untuk mendukung latihan activities.With bantuan Tan Kun Hwat, Ki Lin PGB bisa membanggakan diri di Jakarta (terutama di Jalan Pintu Kecil).
Keuntungan dari pertunjukan ini pergi ke:
Murni Hati panti asuhan - Jakarta
Untuk membantu membangun Sekolah Cina Hew Kuan / Pa Wha di Patekwan Street, # 31, Jakarta Kota
Ki Lin kostum pertama dibuat pada tahun 1953 oleh Yang Cun (Bogor), sebagai salah satu memerintahkan pada tahun 1954 dari Tasikmalaya tidak memuaskan. Ki terbaik Lin dibuat pada tahun 1955 di Semut Street di Semarang. Ini Lin Ki digunakan sampai acara terakhir di tahun 1962. Ki Lin menunjukkan dicegah dari yang dilakukan setelah tahun itu [vi].
Pada tahun 1954, PGB menjadi anggota PPSI (Persatuan Pencak Silat Indonesia) [The Indonesia yang dikelola pemerintah Pencak Silat Association].
Pada tahun 1960, PGB mendirikan "Badan Koordinasi Keamanan dan Ketertiban," disebut BAKAM untuk pendek [Badan Koordinasi Keamanan dan Ketertiban].
Ini telah disetujui oleh Komandan Militer Kota Bogor. Kegiatan mereka termasuk patroli keamanan lingkungan Bogor dan lampu neon menginstal di sepanjang jalan Bogor.During periode ini, mahasiswa terkenal dan berbakat bernama Ho Tin, dari Jakarta, terlibat dalam insiden BUNGUR.
Insiden Bungur
Di beberapa titik saat Suhu sedang mengajar di Bungur (Jakarta), seorang bernama Inyo Chu datang dengan keponakannya. Mereka berdua diminta untuk belajar dengan Suhu. Karena Inyo terlempar dan kemudian mengalahkan ketika Suhu ditekan di bahunya, mereka mengeluh kepada guru keponakan, Cong Bun. Cong Bun adalah anak dari salah satu teman Suhu terbaik, Sin Seh Hiang. Cong Bun datang ke Stanvac untuk menantang Suhu. Karena masih pada jam kerja, Suhu menerima tantangan untuk itu malam di Bungur. Suhu bertanya Bun Cara pergi mendapatkan Ho Tin untuk mewakili PGB. Kong-Kong, Felix, dan Bun Bagaimana disertai Ho Tin, tapi Ho Tin yang menjadi orang untuk menerima tantangan. Sebuah perjanjian dibuat bahwa jika Ho Tin hilang, PGB akan bubar.
Pada awalnya, Ho Tin didorong oleh Cong Bun, yang menyerang Ho Ho Tin Tin sementara masih menunjukkan rasa hormat. Ho Timah didorong ke dinding. Tiba-tiba ia melawan dan menyerang Cong Bun. Cong Bun terlempar. tendangan Ho Tin ke perut Cong Bun itu dihentikan oleh pemilik tempat, Bu Cek Seng.
Cong Bun masih marah dan ingin terus berjuang. Cek Seng Bu tidak memberi izin untuk melanjutkan. Kong-Kong menantang Cong Bun untuk berperang di Bogor. Keesokan harinya, Sin Seh Hiang meminta maaf kepada Suhu di kantin di Stanvac. Karel, yang berada di sisi Suhu, adalah sangat marah dengan Sin Seh Hiang. Sin Seh Hiang menyalahkan anaknya untuk segala sesuatu dan berjanji untuk membawa Cong Bun untuk berlutut di depan Suhu. Suhu menolak. Akhirnya, masalah itu diselesaikan secara ramah
Lebih komentar dari G. S. Tabaluyan:
Inyo Cun Hin memiliki tanda di bahu dari yang ditekan. Itu menyakitkan selama bertahun-tahun.
Insiden Bungur membuat nama PGB terkenal. Perkembangan PGB di Jakarta terus pesat.
Pelatihan Berbagai Tempat di Jakarta
1955: Dari awal kedatangannya untuk melatih di Bogor, Jakarta anggota Teng Bi terinspirasi untuk membentuk kelompok latihan di Jakarta. Kelompok pertama dibentuk di Tanah Tinggi III, di rumah Cong Sun. Cong Sun adalah seorang rekan Suhu dari Stanvac. 95% dari orang yang datang untuk melatih ada juga pekerja kantor Stanvac. Antara lain, mereka termasuk: Bun Bagaimana, Siang Cun, dan Karel O.
1956: Kelompok latihan berikutnya adalah di Bungur Besar di tempat Cek Su Seng tinggal. Dia adalah seorang ahli dalam bernapas / energi internal. Antara lain, anggota kelompok pelatihan meliputi: Hu Teng, Wei Fuk, Fredi, Tan Eng An, GS Tabaluyan, Ci Kang, dan Deki. Setelah itu, berturut-turut, tim latihan banyak terbentuk pada berbagai rumah:
Jl. Kesehatan (Health Road) - di tempat Cian Sun, lain dari rekan Suhu's.
Berbagai Cina orang berkumpul di rumah-rumah di sepanjang Ciang Ce Bangunan di Gunung Sari IX. Tempat-tempat diklat hanya digunakan sekarang dan kemudian, sementara Bungur telah dikosongkan. Tidak lama kemudian mereka pindah kembali ke Bungur.
Fredi rumah di Kramat.
Di rumah Ichsan di Sawah Besar. Situs ini khusus untuk asisten pelatih: Karel, Wei Fuk, Siang Cun, Eng An, Fredi, Hendrik, Swi Giok, dan Deki.
Pada Canisius [kelompok dibentuk] oleh Bun Bagaimana dan Fredi.
1962: Dengan bantuan Tan Hong, PGB memperoleh tempat latihan di Gedung KESAWAN di Bogor. Setelah itu, atas prakarsa Yo Yam Hok, sebuah perpustakaan PGB dibuka di sana. Sedangkan di Lebak Suhu Besar hanya memiliki kewenangan tertinggi untuk melakukan sistem pelatihan sekolah, di Gedung KESAWAN prioritas lebih diberikan dengan sistem terpadu. Keputusan diambil dalam konferensi. Manajemen organisasi dipimpin oleh Beng Cu. Suhu, sebagai pemimpin latihan, hanya diajarkan asisten pelatih dan penuh dalam ruangan yang disisihkan untuk tujuan itu.
Latihan keras dan disiplin ekstrim menyebabkan produktivitas yang tinggi yang tidak sia-sia. 10 kelompok latihan dibentuk di sini, dipimpin oleh pelatih yang kuat berbagai.
1963: PGB mengambil bagian dalam jenis operasi sukarelawan penjaga ("Pagar Betis") diprakarsai oleh VI komando militer, Siliwangi (Kodam VI Siliwangi). PGB juga berpartisipasi dalam proyek "Tjakrabirawa" [viii] Yaitu: sebuah proyek pembangunan gedung asrama di Lawang Gintung - Sukasari di Bogor.. Ini adalah proyek besar yang Suhu dan murid-muridnya bekerja keras.
Tepat di samping kegiatan latihan, agenda rutin selalu meliputi:
1) PGB perayaan HUT [perayaan ulang tahun]
Perayaan ini diisi dengan demonstrasi gerakan oleh anggota, doa syukur, dan makan bersama-sama.
2) Ki Lin Pameran
Ki Lin ditampilkan setiap hari kelima belas Tahun Baru Cina. Ki Lin pameran diadakan terus menerus sampai tahun 1962. Kunjungan ditukar dengan Sukabumi barong kelompok [barongsai]. Dari gerakan Lin Ki sosial, walikota Bogor, Karta Jumena, merasa senang mengunjungi Suhu bersama dengan PGB di tempat Lim Kim Bouw di Pulo, Bogor.
3) Full Moon Perayaan
Malam ini-waktu khusus melibatkan fungsi refleksi dan meditasi bersama dengan menyalakan lilin sebagai salah satu simbol kehidupan. Yaitu: 18 lilin untuk Ban 18 Pewaris [lingkaran pertama pewaris], 18 lilin untuk Goan 18 Pewaris [lingkaran kedua pewaris], 41 lilin untuk Perguruan Warga [Warga Sekolah] dan berbagai lilin PGB cabang di Indonesia dan negara-negara asing.
Yang penting bahwa setiap anggota harus menyadari adalah bahwa perayaan Full Moon dibuat sehingga siswa dapat memberikan berkat kepada guru mereka untuk pengetahuan dan kepemimpinan. "Setiap orang tua memiliki tugas untuk mendidik dan mengurus anak-anak nya Tetapi ketika seorang guru mendidik dan peduli untuk siswa-nya, yang benar-benar MULIA. Inilah sebabnya mengapa membungkuk untuk guru tidak berlebihan, melainkan menunjukkan hormat. . " Itulah inti dari makna Perayaan Full Moon, seperti yang dijelaskan oleh Djon Atmadja.
Akhirnya pada tahun 1965: G 30 S / PKI terjadi [Gerakan 30 September 1965 upaya kudeta oleh pihak komunis, PKI]. Gedung KESAWAN ditutup dan disegel oleh pemerintah karena juga merupakan lokasi Baperki [ix] Latihan kegiatan jelas tidak. Bisa melanjutkan di sana. Latihan sesi mulai berpindah-pindah ke berbagai tempat yang berbeda.
D. Periode 1966-1968> Hard Times untuk PGB
Setelah penutupan Gedung Dalam, kantor utama PGB, hampir semua siswa waktu yang meninggalkan Suhu Subur Rahardja. Jadi mulai kali kesepian untuk Grandmaster kami. Dia yang mencintai pertemuan sekarang selalu sendirian. Hanya 3 orang lanjutan latihan pada tahun-tahun: M. Hudri, Permadi S, dan Siddidjaja.
Dengan mereka, Suhu mulai bekerja pada sumpah para anggota 'dan tingkat sistem sabuk (belum dilaksanakan). kegiatan Latihan dilakukan di Fond Miskin. Mereka dipindahkan ke tempat yang berbeda setelah itu, ke Kuil Kwan Im di Sukasari, dan kemudian kembali ke Lebak Pasar, pada Angbun Street.
Pada tahun 1966, pada saat keanggotaan berfluktuasi, sekolah cabang pertama di Bogor dibentuk, yaitu cabang Ardio. Dimulai dengan cabang ini, PGB kemudian dikenal sebagai PGB Bangau Putih.
Guru kami dan PGB yang dihadapi kali lebih keras yang meninggalkan bekas. ayah angkat Suhu's, Lim Kim Bouw, meninggal pada tahun 1966.
Meskipun jumlah siswa minimal, Suhu Subur Rahardja tidak akan pernah meninggalkan PGB. Pada awal 1968, latihan kembali ke Lebak Pasar. Enam bulan setelah itu, latihan kembali ke Fond Miskin, meskipun dengan hanya satu siswa: Lie Nie Kie. Dia berpartisipasi dalam latihan dengan Suhu terus menerus sampai latihan dipindahkan ke rumah Suhu di Jalan Roda di Bogor.
Akhirnya, pada bulan Maret, 1969, bahkan ini mahasiswa satu yang tersisa harus pergi untuk melanjutkan sekolahnya. Dia meninggalkan Suhu sendiri melakukan latihan dan mengalami kekosongan. Berada dalam kesendirian sangat menjengkelkan bagi Suhu. Pada saat ia berpikir untuk melepaskan sama sekali. Ia sering mengasingkan diri di Kuil Kwan Im di Sukamulya, Bogor. Ia akan membersihkan dan menyucikan Bait Allah. Dia akhirnya mengalami sesuatu di sana. Tidak jelas apa yang ia peroleh, semua ia berkata kemudian adalah: "Jika saya tidak tinggal di Klenteng Kwan Im, itu akan menjadi mustahil bagi saya untuk mencapai tingkat kematangan." Menurut dia, ia hanya mendapat sekitar 30% dari apa yang ia miliki pada waktu itu dari guru-gurunya. [X]
Seorang kenalan dari Suhu itu, seorang wanita bernama Tante Kwan, yang memahami jejak ia berkobar, dinyalakan oleh gairahnya. Dia adalah pemilik rumah di Kebon Jukut No 1. Dia mendorong dia untuk mengejar cita-citanya untuk mendirikan PGB sebagai organisasi payung untuk mendidik orang dengan cara silat.
E. 1969 Periode PGB> menghidupkan
Setelah beberapa waktu kosong yang panjang, pada Jumat, Juni 9, 1969, latihan adalah untuk pertama kalinya dimulai lagi di pusat pelatihan disewa oleh Suhu di Jalan Kebon Jukut No 1. Ini adalah rumah yang dimiliki oleh Tante Kwan Nio, yang mulai pelatihan kemudian dengan Lie Nie Kie, M. Hudri, dan Permadi S.
Mereka khawatir karena lantai pusat pelatihan belum selesai dan tetes bocor ke sini dan sana setiap kali hujan. Tetapi hal ini tidak membuat mereka kehilangan antusiasme untuk pelatihan dan, pada kenyataannya, dari waktu maju kembali anggota lama dan yang baru ditambahkan.
Meskipun sedikit demi sedikit menjalankan perbaikan, para tetua terorganisir latihan di Lawang Seketeng (bagi mereka yang tinggal di Bogor) dan di Tanah Abang (bagi mereka yang tinggal di Jakarta). Ini dipimpin oleh Suhu. Pada saat yang sama, banyak anak muda tinggal di Kebon Jukut.
Pendanaan untuk perbaikan pusat pelatihan PGB dibesarkan melalui katering dan menyewakan peralatan pesta, dan dengan pameran [silat] gerakan. Untuk keuntungan mengangkat ditambahkan sumbangan dari simpatisan. Anggota koperasi yang sedang membangun TC [Center pelatihan] diteliti sampai larut malam, kadang-kadang bahkan mengunjungi [donor potensial] sampai pagi. Akhirnya penyewaan properti selesai.
Selama perayaan Full Moon tahun itu, Suhu mendirikan sistem pergerakan standardisasi untuk memudahkan pelatih untuk melatih orang lain.
F. Periode 1970-1985> PGB di Kebon Jukut
Setelah itu, 5 tim latihan, A, B, C, D, dan E, dibentuk di Kebon Jukut. Setiap tim memiliki sekitar 30 sampai 50 anggota aktif. Jumlah anggota kembali meningkat pada PGB relatif cepat.
Pada tahun 1971, pada 21 Agustus PGB diundang untuk sebuah demonstrasi riang gerakan di Senayan, Jakarta. Setelah itu, pada tanggal 21 Maret 1972, Suhu diresmikan 18 Pewaris [pewaris], yang disebut Pewaris 'BAN', pada suatu upacara. 18 Pewaris yang ditargetkan untuk menerima seluruh ilmu [silat] dari Suhu selama tiga tahun di 1152 jam latihan.
18 Ban waris meliputi:
1. Tan Eng Hie (D)
2. Yap Siang Tjun (D)
3. Liong Wei Liang (D)
4. Gunawan Wanasida
5. Tan Ho Lian
6. Eddie Tanujaya (*)
7. (Tidak dikenal)
8. Max Palar
9. Im lim Kambing (a.k.a. Purnama Halim) (D)
10. Cong Fon Hian
11. Tan Han Liang (a.k.a. Wahyu Hidayat)
12. Ronnie D. Wiyata
13. Yo Hok Jie (a.k.a. Johan Darmadi)
14. Lie Nie Kie (*)
15. Oen Han Sen (*)
16. Haryanto Tanara
17. Andyan Rahardja (**)
18. Wun Fie Santoso
kunci: * - menolak ** - D ditangguhkan - almarhum
Para Pewaris mengambil sumpah sebagai berikut:
1. Untuk menegakkan nama Guru Sekolah.
2. Untuk menjaga dan melindungi ketenangan keluarga guru.
3. Untuk mengambil sebagai tugas tambahan dan peningkatan ilmu silat.
4. Untuk menjadi setia dan cinta dan perawatan bagi rekan-rekan mereka di sekolah.
5. Untuk janji dan janji bahwa mereka akan mematuhi dan melaksanakan janji sumpah mereka dan bersiaplah untuk menerima segala akibatnya.
Karakter Cina 'BAN' berasal dari puisi Cina yang berarti:
Dengan ribuan, semua aliran ilmu akan kembali ke sumber mereka.
Masih pada tahun 1972:
Pada tanggal 4 Desember, 1972 Sunarti, dari Bengkel Teater [Workshop Teater] di Yogya, mengundang Suhu dan keluarga PGB yang lebih besar untuk datang ke kerangka bambu dari klub Bengkel. Dia sebelumnya menghadiri perayaan 1960 Full Moon. Setelah itu, Suhu, bersama dengan sebuah kelompok termasuk Lim Teng Sin dan Lie Nie Kie, berangkat ke Yogya.
Tiga hari kunjungan di Yogya dipenuhi dengan demonstrasi gerakan. Anggota Bengkel ditampilkan gerakan murni yang didahului dengan menutup mata mereka untuk beberapa saat. Kemudian, dengan mata masih tertutup, orang-orang bergerak bebas mengikuti kata-kata dalam hati mereka, tanpa latihan atau memesan gerakan sebelumnya. Para pemain tidak kemudian sadar atau sadar apa yang telah terjadi.
Sebelum Suhu dan kelompok kembali ke Bogor, anggota Bengkel mengundang mereka ke Parang Tritis untuk 'lingkaran doa' demi menjamin keselamatan Rendra ketika ia sedang di Australia. Selama kunjungan ini, Suhu bertemu untuk kali pertama Ansberry Louise, seorang warga negara Amerika.
1 Januari 1973:
Rendra dan Bengkel anggota, termasuk Benny, datang untuk mengunjungi Suhu untuk pertama kalinya. Selama pertemuan dengan Suhu, Rendra mengusulkan siswa yang ditunjuk [untuk PGB]. Dari kelompok Bengkel datang mahasiswa putih pertama, Robin Clark. Setelah kunjungan Rendra, pada tahun 1974 41 Warga Perguruan ditujukan terhadap mengurus tugas khusus yang dibutuhkan oleh sekolah. Dan Rendra untuk pertama kalinya disebut sebagai 'Encek Bacih' [Young Paman Bacih] sebagai [xi] 'Suhu'.
41 Warga Perguruan, seperti 18 Pewaris, dilantik secara resmi dengan upacara. Mereka diberikan jubah dan cincin diukir dengan gambar derek.
41 Warga Perguruan adalah sebagai berikut:
1. W.S. Rendra
2. Sunarti (D)
3. Sitoresmi
4. Untung Basuki
5. Adi Kurdi
6. Edi Sunyoto
7. Robin Clark
8. Fajar Suharno
9. Kenanti Haryati
10. Muhamad Hudri (D)
11. Phoa Sin Liong / Syakir Permadi
12. Tertib Suratno
13. Benny Sumarsono
14. Suyitno Bramantyo
15. Wismono Wardono
16. Untung Senobroto
17. Bram Makahekum
18. Diah Ma'arif
19. Jarvis Steve (D)
20. Debbie Jarvis
41. Pat Moffit
21. Eddie Urip Irawan
22. Irawan Djajapurusa
23. Tjoa Giok Tjan
24. Tan Lay Hin
25. Eddie Sirgar
26. Irwan Rahardja
27. Gunawan Rahardja
28. Andy Irawan / Tun Kao (D)
29. Herman Wirawan / Kao Wie
30. Lim Coan Yung / Chandra
31. Tan Teng San
32. Kent Watters
33. Pamela Reigh
34. Tan Cun Seng
35. Y R Siddijaya
36. Wille / Wie Lie
37. Koko Indarto
38. Diane Ansberry (**)
39. Hale Ansberry (**)
40. Areng Widodo
Sumpah itu diucapkan pada peresmian sebagai berikut:
1. Saya milik Allah dan aku mematuhi keinginan Allah.
2. Saya setia hati batin saya.
3. Aku melayani Bapak Subur Rahardja.
4. Saya setia pada lingkaran latihan dan [pelatih] pelatih.
Tante Kwan, pemilik Kebon Jukut, meninggal pada tahun 1973.
Beberapa bulan setelah itu, Louise datang untuk tinggal diperpanjang ke Bogor dalam rangka untuk menikah Suhu. Pada tahun 1975, upacara pernikahan ini dihadiri oleh Louise putri, Halle dan Diane Ansberry. Setelah Suhu dan Louise menikah di Bali, situasi di Kebon Jukut selalu sibuk dengan banyak orang yang datang. Hal ini terutama karena memang Suhu di puncak karirnya. Louise hanya faktor kebetulan, tetapi tidak dapat disangkal bahwa dia selalu membantu PGB finansial.
Suhu pada saat itu menerima banyak hal dari Rendra, yang diakui Subur Rahardja sebagai nya 'Suhu'. Rendra dan Louise yang mengenal dan sering dikunjungi konsulat Indonesia, termasuk Benyamin, Adnan Buyung Nasution [pengacara dan aktivis politik], Sutan Takdir Alisyahbana [pencipta Bahasa Indonesia], Siter Sitomorang, Jenderal Ali Murtopo [kepercayaan Presiden Soeharto, Menteri Informasi] , dan Ibnu Sutowo [kepala Pertamina].
Suhu menerima mereka dalam t-shirt dan celana longgar. Tetapi kesederhanaan cara Suhu's mengungkapkan kehidupan silat yang benar-benar menarik. Mereka berhubungan dengan itu dan jatuh cinta dengan hal itu. Meskipun mereka datang pada awal karena mereka diundang, akhirnya mereka mengunjungi Suhu sendirian hanya untuk ngobrol.
Adnan Buyung Nasution, pengacara terkenal, pertama kali dikunjungi untuk menguji Suhu dengan pertanyaan: "Apakah inti dari hukum?" Hal ini dijawab oleh Suhu, "Kemanusiaan." Dari itu, ia yang pertama berpendapat bahwa Suhu adalah ngawur, segera menjadi kagum dengan pendapat Suhu yang sederhana namun mendalam tentang politik.
Pada tahun 1976, PGB menjadi Anggota IPSI Bogor.
Pada tahun ini, juga, dua cabang asing terbentuk:
1. Berkeley, Amerika Cabang PGB, dipimpin oleh:
• Gunawan Rahardja
• Max Palar
• Pat Moffit dan Robin
2. Jerman, Cabang PGB Eropa, yang dipimpin oleh:
Haryanto Tanara •
A Look Kembali di Cabang Jerman
Pada tahun 1974, Cabang Jerman dimulai oleh Haryanto Tanara. Setelah sekitar dua tahun, secara resmi terdaftar sebagai cabang PGB Jerman di institut olahraga Jerman - DSB - Sport Deutscher Bund.
Pada tahun 1976, cabang Jerman AD / ART [undang-undang dan aturan dasar] yang disesuaikan dengan aturan DSB. Suhu dan Haryanto Tanara bersama gerakan standar ke tingkat sabuk hitam garis tunggal.
orang Jerman pada awalnya tertarik pada PGB karena gerakan itu indah untuk dilihat. Setelah beberapa hari, mereka secara bertahap merasakan kebutuhan untuk melatih. pelatih itu harus kreatif dan tajam dalam menjawab berbagai banyak dan rinci ("rambut membelah") pertanyaan.
Pada tahun 1984, Haryanto Tanara kembali ke Indonesia dan gerakan di cabang [Jerman] dilanjutkan dengan lima Pewaris [pewaris], yaitu:
1. Holger Bormann
2. Christine Wigand
3. Klaus Wigand
4. Rovero Lilli
5. Boyan Herbst
Untuk sama dengan 18 Pewaris 'BAN', tahun 1981, Suhu meresmikan Pewaris 18 'Goan'.
BIOGRAFI DARI MASTER GRAND
DARI
PGB Bangau PUTIH
SUHU meja direksi Rahardja
Suhu Subur Rahardja lahir pada tanggal 4 April 1925. Namanya saat lahir adalah Liem Sin Tjoei, anak dari Liem Kim Sek dan Tan Kim Nio. Mereka tinggal di Angbun St, # 79 Lebak Pasar, Bogor, dimana kedua kakak-kakaknya, Pouw Liem Nio dan Liem Teng Sin, juga dibesarkan. Ini adalah kebiasaan pada waktu itu untuk memanggil anak laki-laki dengan sebutan "Babah" Babah Cuih, jadi Suhu dipanggil. Ini kemudian disingkat menjadi Ba-CIH. [I]
Dari waktu dia berumur 6 tahun, Suhu bergabung dengan saudara-saudaranya leluhurnya yang dididik oleh ayah mereka. Ayahnya adalah seorang master seni bela diri yang datang dari garis panjang seniman bela diri. Suhu semakin terlatih dalam dasar-dasar silat oleh Arung Yat Long, seorang guru seni bela diri juga berada di Lebak Pasar.
Ketika Suhu adalah seorang anak kecil, ia suka bermain dengan layang-layang dengan teman-temannya. Meskipun masih anak-anak, guru kami sudah senang bersosialisasi, mencintai teman-temannya, dan siap untuk membela salah satu dari mereka yang dalam kesulitan. Selama tahun-tahun sekolahnya, Suhu memiliki pendidikan Belanda di sekolah Kesatuan dan juga belajar bahasa Inggris di sekolah Tunas Harapan, di Suryakencana, Bogor. Ia lebih lanjut dididik di sekolah KESAWAN Gedung.
Ketika Suhu berusia 8 tahun, ayahnya meninggal dunia. Suhu kemudian diadopsi oleh pamannya, Liem Kim Bouw, seorang guru seni bela diri dan obat penyembuh ahli yang tinggal di Pulo, Bogor, tidak jauh dari Lebak Pasar. Dalam kediaman ayah angkatnya, Suhu datang untuk mengetahui banyak Ilmu [ii] karena dia dipercayakan kepada berbagai guru. Pamannya, seorang mahasiswa mpe. Sutur, pendiri Cimande [gaya pencak silat], sering diterima di berbagai rumah juara bela diri yang membutuhkan bantuan.
Setiap hari, Suhu membantu pamannya di toko obat herbal nya, Sumbur Sehat [Emerging Kesehatan]. Suhu juga aktif dalam Asmara, suara dan grup musik keroncong [iii] Pada 1940, dari kelompok ini membentuk Pulo Macan Lima [Lima Macan Pulo], yang mulai memegang latihan [sesi pelatihan seni bela diri]..
Mereka adalah:
Oei Peng Hoei
Tjioe Wie Kwat
Kwee Hian Tjie
Lim Sin Teng (a.k.a. Lim Sin Tjoan)
Lim Sin Tjoei (a.k.a. Suhu Subur Rahardja)
Pada tahun 1950, Suhu mulai bekerja di kantor / distribusi penjualan Stanvac di Jakarta. Ini perusahaan yang berbasis di Amerika aktif di bidang kilang minyak bumi. Divisi ini merupakan perpanjangan dari bidang Sungai Gerong. Di kantor Merdeka Selatan, Suhu ditangani pembukuan dan utilitas dan sebagai kepala Layanan Mailing bertanggung jawab atas korespondensi.
Pada tahun 1951, Suhu menikah Lie Gwat Nio. Mereka dikaruniai 9 putra dan putri:
Lukman Rahardja
Yulianti Rahardja
Andyan Rahardja
Yuliany Rahardja
Irwan Rahardja [a.k.a. Ii]
Gunawan Rahardja [a.k.a. Jijin]
Lim Lan Hoa (almarhum)
Fransisca Rahardja
Ardyan Rahardja [a.k.a. Dd]
Pada tahun 1952, ketika Suhu berusia 27 tahun, PGB resmi didirikan.
Sejak saat itu, waktu dan hidupnya dicurahkan untuk PGB. Dia membuat PGB dan murid-muridnya yang membutuhkan bantuan prioritas pertama.
Perluasan PGB Bogor menjadi sangat cepat setelah dia menunjukkan [silat] di Stanvac. Staf seluruh kantor mulai mengikuti pelatihan [silat]. Biasanya sekitar tengah hari Suhu melatih pekerja kantor di ruang kantor kosong. Kebetulan bahwa di antara para karyawan Stanvac ada juga seorang guru gaya silat yang dikenal sebagai Pat Kwa. Namanya Ciang Peng. Dia mengundang Suhu untuk berbicara dan kemudian mencoba kemampuannya terhadap dia. Dalam satu kontes keterampilan, Suhu melemparkan Ciang Peng.
Kelompok latihan lebih dibentuk di Jakarta, menjadi sangat jelas bahwa Suhu tidak cukup tidur dan jarang berkumpul bersama dengan istri dan anak-anaknya. Pada hari kerja ia berangkat kerja sebelum anak-anaknya terbangun. Dia naik kereta api ke Jakarta. Setelah jam kantor, ia pergi untuk melatih di berbagai tempat. Pada saat Suhu pulang ke rumah, istri dan anak-anak sudah tertidur lelap. Bahkan pada hari libur (Sabtu), Suhu akan pergi ke Jakarta. Rekan-rekannya dan teman-teman akan menunggu dia dengan pintu air untuk dapat masuk ke Jalan Kesehatan [Kesehatan Jalan] bersama-sama. Setelah pelatihan, mereka makan siang bersama. Seringkali Suhu bersandar di pohon atau di mana pun dan segera jatuh tertidur lelap. Ketika hampir waktunya untuk sesi pelatihan untuk memulai di tempat lain (yaitu Bungur atau Gunung Sari), ia akan bangun.
Jabatan terakhir beliau di Stanvac sebelum diambil alih oleh Pertamina [minyak perusahaan milik pemerintah Indonesia] berada di departemen Utilitas. tugas utamanya adalah untuk menutupi bekerja untuk karyawan cuti. Dia juga mengawasi daerah lain, termasuk: (1) Pengolahan bahan makanan seperti rumput laut dan temulawak [herbal]; (2) pengembangan solusi Memproduksi film dan peralatan fotografi, dan (3) Pengolahan kopi yang dibutuhkan oleh Jama'ah [orang haji berangkat ziarah ke Mekah].
Suhu suka pergi berburu dengan cara yang cukup unik, bahkan luar biasa. Cukup dengan menginjak-injak kakinya di tanah, ia menarik binatang liar yang akan mendekatinya. Dia berhenti kegiatan ini setelah mendengar teriakan kera ibu karena ia telah menjadi terpisah dari anak-anaknya.
Meskipun tidak ada gading yang tak retak, retak nya lebih dari dikompensasikan dengan kualitas nya tak terlukiskan yang luar biasa. Bahkan mendengar dia batuk dari jarak sekitar 5 meter jauhnya, orang akan merasakan getaran di dada sendiri. Sekali ketika ia berada di pantai Pelabuhan Ratu, selama kejuaraan PIBU [sebuah kompetisi di antara master bela diri] di Jawa Barat, Suhu dinyatakan Martial Arts Juara Nomor Satu tanpa harus bersaing, karena kakinya tidak meninggalkan jejak di pasir.
'Wah' Semua yang [daya mistis] dirasuki oleh Suhu, namun tidak sedikit pun kesombongan di penampilannya. kekuatan rohani nya terlihat dari pakaian sehari-hari dari sebuah t-shirt putih dan celana panjang longgar. Dia akan berkumpul dengan murid-muridnya, bersantai di kursi kayu asam, atau membaca Kho Ping Ho di kursi rotan di Kebon Jukut, Bogor [PGB markas dan pusat pelatihan utama].
Sampai dia meninggal, satu-satunya keinginan adalah untuk menyebarkan ilmu [silat]. Dia tidak ambisius, namun tetap membuat Indonesia terkenal di tanah Australia, Eropa, dan Amerika.
Suhu Subur Rahardja - tubuh Anda dimakamkan di Tugu, Cisarua, tetapi produk perjuangan Anda dan karisma hidup di dalam hati semua yang tahu Anda.
AWAL PERJALANAN PGB
Periode tahun 1950> Latar Belakang Pembentukan PGB
Anggota Lima Pulo Macan setiap pengetahuan khusus memiliki ilmu [silat] dan mayoritas gerakan unsur hewan seperti burung, monyet ular, harimau, dan naga. Pada awalnya mereka hanya dilatih bersama. Pelatihan ini dilakukan secara rahasia, bahkan dari ayah angkat Suhu's, Lim Kim Bouw. Menurut kakak nyata Suhu's, Liem Sin Teng, yang merupakan salah satu anggota Lima Pulo Macan, pelatihan mereka terdiri bertukar pengetahuan satu sama lain bahwa masing-masing telah diberikan oleh orang tua mereka. Dalam tradisi Cina, setiap keluarga biasanya memiliki [seni bela diri sistem] ilmu tertentu yang dikenal sebagai gaya bahwa keluarga dan berturut-turut diturunkan dari generasi ke generasi hanya dalam keluarga itu. Karena sifat rahasia dari pengetahuan ini, kadang-kadang terjadi bahwa beberapa ilmu hilang untuk generasi mendatang.
pelatihan mereka juga termasuk menonton film silat kedua silat impor yang baik serta silat tradisional. Selama periode ini, detail dari gerakan silat dalam film itu begitu jelas sehingga, setelah kembali pulang, mereka bisa berlatih bersama seni langkah bela diri bahwa mereka telah menghafalkan dan juga membahas mereka.
Meskipun Lima Pulo Macan biasanya tidak menerima mahasiswa dan enggan untuk menjadi guru disebut, Suhu akhirnya menerima satu orang yang minta dibawa sebagai mahasiswa. Ini Kwe Ciu Kong, alias Kong-Kong. Setelah itu, lebih banyak anggota datang: Tam Kong Hwa, Ong Kiat Wie, Kwe Ciu Cin, Lu Sian Eng, dan John Atmadja. Secara bertahap, jumlah anggota meningkat.
Pemilihan anggota baru dilakukan oleh tim pengawas yang dibentuk oleh Suhu, yang termasuk Lu Sian Eng, Tirta Rahardja, dan Ong Kiat Wie. Tugas tim ini adalah untuk menyelidiki latar belakang calon mahasiswa. Mereka yang merasa memiliki hak untuk mendapatkan "Surat Berkelakuan Baik" [Bagus Pemeriksaan Surat] bisa diterima sebagai mahasiswa setelah melewati inisiasi. Siswa harus mencari batu kali seukuran marmer bermain, kemudian bulat itu dengan cara apapun yang mereka lihat cocok. Batu bulat itu disimpan dalam wadah di depan altar di kediaman Liem Kim Bouw's. Batu-batu ini melambangkan kekerasan dan kebulatan tekad siswa untuk menghadapi instruksi. Mereka juga harus membuat janji penting tidak untuk menunjukkan gerakan tanpa izin Suhu's. Suhu pada waktu itu ditujukan sebagai 'Encek' [Muda Paman] oleh semua murid-muridnya.
B. Periode 1952> Pendirian Resmi PGB
Karena ada peningkatan jumlah anggota, termasuk beberapa dari luar Bogor, perlu untuk mengatur kegiatan pelatihan. Itu adalah terutama penting saat ini supaya klub dianggap sebagai asosiasi ilegal. [Iv]
Setelah mencapai kesepakatan [untuk memulai organisasi], tanggal ditetapkan: 25 Desember 1952. Semua anggota klub dan mahasiswa berkumpul untuk pelatihan malam itu, yang bertepatan dengan bulan purnama. Mereka mendirikan organisasi mereka secara resmi sebagai sebuah klub latihan silat dengan nama: Persatuan GERAK BADAN (PGB) - BOGOR di Gg. Angbun no. 79, II Rt / Rw VII Lebak Pasar. [V]
* Nama itu dipilih karena setiap gerakan [Gerak] dari [badan] tubuh kita dapat membentuk sebuah pesta, pemogokan, dan sebagainya. *
Pada saat itu, semua orang juga sepakat simbol bagi organisasi. Simbol ini terinspirasi oleh sebuah klub di Jakarta, bernama Hiap Tong Hwe, yang sudah dibubarkan. Simbol ini juga dipilih karena Suhu mencintai crane, yang bersih dan putih, anggun luwes, tenang, dan menikmati berkumpul bersama. Dia kemudian menjelaskan pada pertemuan yang crane adalah burung yang dapat beradaptasi dengan lingkungan apapun. Hal ini dapat terbang, tapi tidak terlalu tinggi, berarti crane tidak pernah terlalu jauh dari dunia (bumi). Pada saat yang sama, tidak bisa sepenuhnya terikat. crane yang memiliki gaya hidup harmonis. Hal ini suka berkumpul tanpa noise. karakteristik Yang paling terkenal adalah tenang internal yang mendalam.
lambang itu ditarik oleh Lim Siang Hian, yang mengubah warna lambang asli (simbol inspirasi).
lambang sebagaimana ia menarik itu datang berarti sebagai berikut:
The White Crane melambangkan tenang (yang) [pokok maskulin], kemurnian, dan ketekunan.
Kuning (di luar) melambangkan kesatuan [Persatuan].
Kuning (di dalam) melambangkan pengetahuan [keilmuan] ilmiah.
Merah melambangkan rakus mementingkan diri sendiri (yin) [pokok feminin]. [Vi]
Biru melambangkan lingkaran dunia.
Lingkaran kecil di kiri dan kanan melambangkan keseimbangan.
Sebagai sekretaris pertama yang dipilih, Ong Kiat Wie adalah liasion untuk PGB antara luar dan organisasi. Sebagai PGB sekarang resmi, pemerintah memberikan izin formal bagi organisasi untuk terus ada. Selanjutnya, Suhu Subur Rahardja sistematis mengatur undang-undang dan aturan untuk asosiasi.
Suhu membahas kebutuhan pelatih berkualitas dengan Kwi Guan dari Bandung. Sebagai hasil dari diskusi ini, Sekolah Gerak Badan (SGB) [Tubuh Gerakan Sekolah] dibentuk di Bandung untuk mempersatukan pesilat [bela diri seniman].
Untuk mewujudkan tujuan ini, mereka memutuskan untuk pertama kali melakukan pertemuan pada malam bulan purnama. Ini adalah pada hari kelima belas bulan kedelapan kalender [lunar] Cina. Pada kesempatan ini, Suhu diundang pesilat profesional, keluarga mereka, teman baik, dan pelatih. Acara ini dimaksudkan untuk bertukar ide. Suhu juga memberikan instruksi lisan kepada siswa yang lebih berkompeten saat ini. Siswa memiliki kesempatan untuk bertanya "Young Paman / Suhu" untuk menunjukkan gerakan tertentu.
Untuk memperluas wawasan dan menjaga persahabatan antara seniman bela diri, siswa pertukaran mulai mengunjungi salah satu sekolah seni bela diri lain.
Mereka termasuk:
Kwi Guan dari Bandung: Dia adalah salah satu dari Saudara seperguruan Suhu's
[Persaudaraan sekolah]. Ia sering diminta untuk mengajar di Bogor.
Cua Kek Kiong: dari sekolah Bu Ceng Hwe, Jakarta
Tjio Swi Hong: yang dikenal karena Shan Tung
[Seni bela diri Cina] pengetahuan.
Lo Ban Teng: master kung fu Cina dari Jakarta.
Bapak Suhaya, H. Dulhamid: dari Cimande [a pencak silat gaya]
C. 1953 - Periode 1965> The Time Jaya PGB
Tempat pelatihan di Angbun Street tidak bisa lagi menampung pertumbuhan terus menerus dalam keanggotaan, sehingga mereka sering meminjam ruang di sekolah KESAWAN Gedung, Bogor.
Setelah itu di tempat ini ada juga diadakan seni silat menunjukkan dalam bentuk Ki Lin. Ki Lin adalah hewan mitos yang sebesar keledai, bertanduk seperti rusa, dan bersisik seperti ular. Menurut legenda, Lin Ki adalah dikendarai oleh dewa.
Ki Lin seni silat ditunjukkan sekitar Bogor dari setiap Tahun Baru Cina untuk Cap Go Me, tanggal lima belas bulan pertama di tahun Cina. Sepanjang jalan, orang-orang melambaikan amplop diisi dengan uang untuk memberi makan Lin Ki. Bahkan ada orang yang telah meja penuh dengan buah-buahan dan kue sebagai persembahan kepada Ki Lin, sehingga Lin Ki akan berhenti oleh mereka tempat.
Keuntungan dari menunjukkan Lin Ki disumbangkan untuk:
Sebuah organisasi perempuan Indonesia koordinasi yang dipimpin oleh Ibu Karta Jumena
Sebuah sekolah melek - Gedung Dalam, Bogor
Tentara istri organisasi (Persit) - Bogor
Dan persentase tertentu dari peristiwa ini datang untuk mendukung latihan activities.With bantuan Tan Kun Hwat, Ki Lin PGB bisa membanggakan diri di Jakarta (terutama di Jalan Pintu Kecil).
Keuntungan dari pertunjukan ini pergi ke:
Murni Hati panti asuhan - Jakarta
Untuk membantu membangun Sekolah Cina Hew Kuan / Pa Wha di Patekwan Street, # 31, Jakarta Kota
Ki Lin kostum pertama dibuat pada tahun 1953 oleh Yang Cun (Bogor), sebagai salah satu memerintahkan pada tahun 1954 dari Tasikmalaya tidak memuaskan. Ki terbaik Lin dibuat pada tahun 1955 di Semut Street di Semarang. Ini Lin Ki digunakan sampai acara terakhir di tahun 1962. Ki Lin menunjukkan dicegah dari yang dilakukan setelah tahun itu [vi].
Pada tahun 1954, PGB menjadi anggota PPSI (Persatuan Pencak Silat Indonesia) [The Indonesia yang dikelola pemerintah Pencak Silat Association].
Pada tahun 1960, PGB mendirikan "Badan Koordinasi Keamanan dan Ketertiban," disebut BAKAM untuk pendek [Badan Koordinasi Keamanan dan Ketertiban].
Ini telah disetujui oleh Komandan Militer Kota Bogor. Kegiatan mereka termasuk patroli keamanan lingkungan Bogor dan lampu neon menginstal di sepanjang jalan Bogor.During periode ini, mahasiswa terkenal dan berbakat bernama Ho Tin, dari Jakarta, terlibat dalam insiden BUNGUR.
Insiden Bungur
Di beberapa titik saat Suhu sedang mengajar di Bungur (Jakarta), seorang bernama Inyo Chu datang dengan keponakannya. Mereka berdua diminta untuk belajar dengan Suhu. Karena Inyo terlempar dan kemudian mengalahkan ketika Suhu ditekan di bahunya, mereka mengeluh kepada guru keponakan, Cong Bun. Cong Bun adalah anak dari salah satu teman Suhu terbaik, Sin Seh Hiang. Cong Bun datang ke Stanvac untuk menantang Suhu. Karena masih pada jam kerja, Suhu menerima tantangan untuk itu malam di Bungur. Suhu bertanya Bun Cara pergi mendapatkan Ho Tin untuk mewakili PGB. Kong-Kong, Felix, dan Bun Bagaimana disertai Ho Tin, tapi Ho Tin yang menjadi orang untuk menerima tantangan. Sebuah perjanjian dibuat bahwa jika Ho Tin hilang, PGB akan bubar.
Pada awalnya, Ho Tin didorong oleh Cong Bun, yang menyerang Ho Ho Tin Tin sementara masih menunjukkan rasa hormat. Ho Timah didorong ke dinding. Tiba-tiba ia melawan dan menyerang Cong Bun. Cong Bun terlempar. tendangan Ho Tin ke perut Cong Bun itu dihentikan oleh pemilik tempat, Bu Cek Seng.
Cong Bun masih marah dan ingin terus berjuang. Cek Seng Bu tidak memberi izin untuk melanjutkan. Kong-Kong menantang Cong Bun untuk berperang di Bogor. Keesokan harinya, Sin Seh Hiang meminta maaf kepada Suhu di kantin di Stanvac. Karel, yang berada di sisi Suhu, adalah sangat marah dengan Sin Seh Hiang. Sin Seh Hiang menyalahkan anaknya untuk segala sesuatu dan berjanji untuk membawa Cong Bun untuk berlutut di depan Suhu. Suhu menolak. Akhirnya, masalah itu diselesaikan secara ramah
Lebih komentar dari G. S. Tabaluyan:
Inyo Cun Hin memiliki tanda di bahu dari yang ditekan. Itu menyakitkan selama bertahun-tahun.
Insiden Bungur membuat nama PGB terkenal. Perkembangan PGB di Jakarta terus pesat.
Pelatihan Berbagai Tempat di Jakarta
1955: Dari awal kedatangannya untuk melatih di Bogor, Jakarta anggota Teng Bi terinspirasi untuk membentuk kelompok latihan di Jakarta. Kelompok pertama dibentuk di Tanah Tinggi III, di rumah Cong Sun. Cong Sun adalah seorang rekan Suhu dari Stanvac. 95% dari orang yang datang untuk melatih ada juga pekerja kantor Stanvac. Antara lain, mereka termasuk: Bun Bagaimana, Siang Cun, dan Karel O.
1956: Kelompok latihan berikutnya adalah di Bungur Besar di tempat Cek Su Seng tinggal. Dia adalah seorang ahli dalam bernapas / energi internal. Antara lain, anggota kelompok pelatihan meliputi: Hu Teng, Wei Fuk, Fredi, Tan Eng An, GS Tabaluyan, Ci Kang, dan Deki. Setelah itu, berturut-turut, tim latihan banyak terbentuk pada berbagai rumah:
Jl. Kesehatan (Health Road) - di tempat Cian Sun, lain dari rekan Suhu's.
Berbagai Cina orang berkumpul di rumah-rumah di sepanjang Ciang Ce Bangunan di Gunung Sari IX. Tempat-tempat diklat hanya digunakan sekarang dan kemudian, sementara Bungur telah dikosongkan. Tidak lama kemudian mereka pindah kembali ke Bungur.
Fredi rumah di Kramat.
Di rumah Ichsan di Sawah Besar. Situs ini khusus untuk asisten pelatih: Karel, Wei Fuk, Siang Cun, Eng An, Fredi, Hendrik, Swi Giok, dan Deki.
Pada Canisius [kelompok dibentuk] oleh Bun Bagaimana dan Fredi.
1962: Dengan bantuan Tan Hong, PGB memperoleh tempat latihan di Gedung KESAWAN di Bogor. Setelah itu, atas prakarsa Yo Yam Hok, sebuah perpustakaan PGB dibuka di sana. Sedangkan di Lebak Suhu Besar hanya memiliki kewenangan tertinggi untuk melakukan sistem pelatihan sekolah, di Gedung KESAWAN prioritas lebih diberikan dengan sistem terpadu. Keputusan diambil dalam konferensi. Manajemen organisasi dipimpin oleh Beng Cu. Suhu, sebagai pemimpin latihan, hanya diajarkan asisten pelatih dan penuh dalam ruangan yang disisihkan untuk tujuan itu.
Latihan keras dan disiplin ekstrim menyebabkan produktivitas yang tinggi yang tidak sia-sia. 10 kelompok latihan dibentuk di sini, dipimpin oleh pelatih yang kuat berbagai.
1963: PGB mengambil bagian dalam jenis operasi sukarelawan penjaga ("Pagar Betis") diprakarsai oleh VI komando militer, Siliwangi (Kodam VI Siliwangi). PGB juga berpartisipasi dalam proyek "Tjakrabirawa" [viii] Yaitu: sebuah proyek pembangunan gedung asrama di Lawang Gintung - Sukasari di Bogor.. Ini adalah proyek besar yang Suhu dan murid-muridnya bekerja keras.
Tepat di samping kegiatan latihan, agenda rutin selalu meliputi:
1) PGB perayaan HUT [perayaan ulang tahun]
Perayaan ini diisi dengan demonstrasi gerakan oleh anggota, doa syukur, dan makan bersama-sama.
2) Ki Lin Pameran
Ki Lin ditampilkan setiap hari kelima belas Tahun Baru Cina. Ki Lin pameran diadakan terus menerus sampai tahun 1962. Kunjungan ditukar dengan Sukabumi barong kelompok [barongsai]. Dari gerakan Lin Ki sosial, walikota Bogor, Karta Jumena, merasa senang mengunjungi Suhu bersama dengan PGB di tempat Lim Kim Bouw di Pulo, Bogor.
3) Full Moon Perayaan
Malam ini-waktu khusus melibatkan fungsi refleksi dan meditasi bersama dengan menyalakan lilin sebagai salah satu simbol kehidupan. Yaitu: 18 lilin untuk Ban 18 Pewaris [lingkaran pertama pewaris], 18 lilin untuk Goan 18 Pewaris [lingkaran kedua pewaris], 41 lilin untuk Perguruan Warga [Warga Sekolah] dan berbagai lilin PGB cabang di Indonesia dan negara-negara asing.
Yang penting bahwa setiap anggota harus menyadari adalah bahwa perayaan Full Moon dibuat sehingga siswa dapat memberikan berkat kepada guru mereka untuk pengetahuan dan kepemimpinan. "Setiap orang tua memiliki tugas untuk mendidik dan mengurus anak-anak nya Tetapi ketika seorang guru mendidik dan peduli untuk siswa-nya, yang benar-benar MULIA. Inilah sebabnya mengapa membungkuk untuk guru tidak berlebihan, melainkan menunjukkan hormat. . " Itulah inti dari makna Perayaan Full Moon, seperti yang dijelaskan oleh Djon Atmadja.
Akhirnya pada tahun 1965: G 30 S / PKI terjadi [Gerakan 30 September 1965 upaya kudeta oleh pihak komunis, PKI]. Gedung KESAWAN ditutup dan disegel oleh pemerintah karena juga merupakan lokasi Baperki [ix] Latihan kegiatan jelas tidak. Bisa melanjutkan di sana. Latihan sesi mulai berpindah-pindah ke berbagai tempat yang berbeda.
D. Periode 1966-1968> Hard Times untuk PGB
Setelah penutupan Gedung Dalam, kantor utama PGB, hampir semua siswa waktu yang meninggalkan Suhu Subur Rahardja. Jadi mulai kali kesepian untuk Grandmaster kami. Dia yang mencintai pertemuan sekarang selalu sendirian. Hanya 3 orang lanjutan latihan pada tahun-tahun: M. Hudri, Permadi S, dan Siddidjaja.
Dengan mereka, Suhu mulai bekerja pada sumpah para anggota 'dan tingkat sistem sabuk (belum dilaksanakan). kegiatan Latihan dilakukan di Fond Miskin. Mereka dipindahkan ke tempat yang berbeda setelah itu, ke Kuil Kwan Im di Sukasari, dan kemudian kembali ke Lebak Pasar, pada Angbun Street.
Pada tahun 1966, pada saat keanggotaan berfluktuasi, sekolah cabang pertama di Bogor dibentuk, yaitu cabang Ardio. Dimulai dengan cabang ini, PGB kemudian dikenal sebagai PGB Bangau Putih.
Guru kami dan PGB yang dihadapi kali lebih keras yang meninggalkan bekas. ayah angkat Suhu's, Lim Kim Bouw, meninggal pada tahun 1966.
Meskipun jumlah siswa minimal, Suhu Subur Rahardja tidak akan pernah meninggalkan PGB. Pada awal 1968, latihan kembali ke Lebak Pasar. Enam bulan setelah itu, latihan kembali ke Fond Miskin, meskipun dengan hanya satu siswa: Lie Nie Kie. Dia berpartisipasi dalam latihan dengan Suhu terus menerus sampai latihan dipindahkan ke rumah Suhu di Jalan Roda di Bogor.
Akhirnya, pada bulan Maret, 1969, bahkan ini mahasiswa satu yang tersisa harus pergi untuk melanjutkan sekolahnya. Dia meninggalkan Suhu sendiri melakukan latihan dan mengalami kekosongan. Berada dalam kesendirian sangat menjengkelkan bagi Suhu. Pada saat ia berpikir untuk melepaskan sama sekali. Ia sering mengasingkan diri di Kuil Kwan Im di Sukamulya, Bogor. Ia akan membersihkan dan menyucikan Bait Allah. Dia akhirnya mengalami sesuatu di sana. Tidak jelas apa yang ia peroleh, semua ia berkata kemudian adalah: "Jika saya tidak tinggal di Klenteng Kwan Im, itu akan menjadi mustahil bagi saya untuk mencapai tingkat kematangan." Menurut dia, ia hanya mendapat sekitar 30% dari apa yang ia miliki pada waktu itu dari guru-gurunya. [X]
Seorang kenalan dari Suhu itu, seorang wanita bernama Tante Kwan, yang memahami jejak ia berkobar, dinyalakan oleh gairahnya. Dia adalah pemilik rumah di Kebon Jukut No 1. Dia mendorong dia untuk mengejar cita-citanya untuk mendirikan PGB sebagai organisasi payung untuk mendidik orang dengan cara silat.
E. 1969 Periode PGB> menghidupkan
Setelah beberapa waktu kosong yang panjang, pada Jumat, Juni 9, 1969, latihan adalah untuk pertama kalinya dimulai lagi di pusat pelatihan disewa oleh Suhu di Jalan Kebon Jukut No 1. Ini adalah rumah yang dimiliki oleh Tante Kwan Nio, yang mulai pelatihan kemudian dengan Lie Nie Kie, M. Hudri, dan Permadi S.
Mereka khawatir karena lantai pusat pelatihan belum selesai dan tetes bocor ke sini dan sana setiap kali hujan. Tetapi hal ini tidak membuat mereka kehilangan antusiasme untuk pelatihan dan, pada kenyataannya, dari waktu maju kembali anggota lama dan yang baru ditambahkan.
Meskipun sedikit demi sedikit menjalankan perbaikan, para tetua terorganisir latihan di Lawang Seketeng (bagi mereka yang tinggal di Bogor) dan di Tanah Abang (bagi mereka yang tinggal di Jakarta). Ini dipimpin oleh Suhu. Pada saat yang sama, banyak anak muda tinggal di Kebon Jukut.
Pendanaan untuk perbaikan pusat pelatihan PGB dibesarkan melalui katering dan menyewakan peralatan pesta, dan dengan pameran [silat] gerakan. Untuk keuntungan mengangkat ditambahkan sumbangan dari simpatisan. Anggota koperasi yang sedang membangun TC [Center pelatihan] diteliti sampai larut malam, kadang-kadang bahkan mengunjungi [donor potensial] sampai pagi. Akhirnya penyewaan properti selesai.
Selama perayaan Full Moon tahun itu, Suhu mendirikan sistem pergerakan standardisasi untuk memudahkan pelatih untuk melatih orang lain.
F. Periode 1970-1985> PGB di Kebon Jukut
Setelah itu, 5 tim latihan, A, B, C, D, dan E, dibentuk di Kebon Jukut. Setiap tim memiliki sekitar 30 sampai 50 anggota aktif. Jumlah anggota kembali meningkat pada PGB relatif cepat.
Pada tahun 1971, pada 21 Agustus PGB diundang untuk sebuah demonstrasi riang gerakan di Senayan, Jakarta. Setelah itu, pada tanggal 21 Maret 1972, Suhu diresmikan 18 Pewaris [pewaris], yang disebut Pewaris 'BAN', pada suatu upacara. 18 Pewaris yang ditargetkan untuk menerima seluruh ilmu [silat] dari Suhu selama tiga tahun di 1152 jam latihan.
18 Ban waris meliputi:
1. Tan Eng Hie (D)
2. Yap Siang Tjun (D)
3. Liong Wei Liang (D)
4. Gunawan Wanasida
5. Tan Ho Lian
6. Eddie Tanujaya (*)
7. (Tidak dikenal)
8. Max Palar
9. Im lim Kambing (a.k.a. Purnama Halim) (D)
10. Cong Fon Hian
11. Tan Han Liang (a.k.a. Wahyu Hidayat)
12. Ronnie D. Wiyata
13. Yo Hok Jie (a.k.a. Johan Darmadi)
14. Lie Nie Kie (*)
15. Oen Han Sen (*)
16. Haryanto Tanara
17. Andyan Rahardja (**)
18. Wun Fie Santoso
kunci: * - menolak ** - D ditangguhkan - almarhum
Para Pewaris mengambil sumpah sebagai berikut:
1. Untuk menegakkan nama Guru Sekolah.
2. Untuk menjaga dan melindungi ketenangan keluarga guru.
3. Untuk mengambil sebagai tugas tambahan dan peningkatan ilmu silat.
4. Untuk menjadi setia dan cinta dan perawatan bagi rekan-rekan mereka di sekolah.
5. Untuk janji dan janji bahwa mereka akan mematuhi dan melaksanakan janji sumpah mereka dan bersiaplah untuk menerima segala akibatnya.
Karakter Cina 'BAN' berasal dari puisi Cina yang berarti:
Dengan ribuan, semua aliran ilmu akan kembali ke sumber mereka.
Masih pada tahun 1972:
Pada tanggal 4 Desember, 1972 Sunarti, dari Bengkel Teater [Workshop Teater] di Yogya, mengundang Suhu dan keluarga PGB yang lebih besar untuk datang ke kerangka bambu dari klub Bengkel. Dia sebelumnya menghadiri perayaan 1960 Full Moon. Setelah itu, Suhu, bersama dengan sebuah kelompok termasuk Lim Teng Sin dan Lie Nie Kie, berangkat ke Yogya.
Tiga hari kunjungan di Yogya dipenuhi dengan demonstrasi gerakan. Anggota Bengkel ditampilkan gerakan murni yang didahului dengan menutup mata mereka untuk beberapa saat. Kemudian, dengan mata masih tertutup, orang-orang bergerak bebas mengikuti kata-kata dalam hati mereka, tanpa latihan atau memesan gerakan sebelumnya. Para pemain tidak kemudian sadar atau sadar apa yang telah terjadi.
Sebelum Suhu dan kelompok kembali ke Bogor, anggota Bengkel mengundang mereka ke Parang Tritis untuk 'lingkaran doa' demi menjamin keselamatan Rendra ketika ia sedang di Australia. Selama kunjungan ini, Suhu bertemu untuk kali pertama Ansberry Louise, seorang warga negara Amerika.
1 Januari 1973:
Rendra dan Bengkel anggota, termasuk Benny, datang untuk mengunjungi Suhu untuk pertama kalinya. Selama pertemuan dengan Suhu, Rendra mengusulkan siswa yang ditunjuk [untuk PGB]. Dari kelompok Bengkel datang mahasiswa putih pertama, Robin Clark. Setelah kunjungan Rendra, pada tahun 1974 41 Warga Perguruan ditujukan terhadap mengurus tugas khusus yang dibutuhkan oleh sekolah. Dan Rendra untuk pertama kalinya disebut sebagai 'Encek Bacih' [Young Paman Bacih] sebagai [xi] 'Suhu'.
41 Warga Perguruan, seperti 18 Pewaris, dilantik secara resmi dengan upacara. Mereka diberikan jubah dan cincin diukir dengan gambar derek.
41 Warga Perguruan adalah sebagai berikut:
1. W.S. Rendra
2. Sunarti (D)
3. Sitoresmi
4. Untung Basuki
5. Adi Kurdi
6. Edi Sunyoto
7. Robin Clark
8. Fajar Suharno
9. Kenanti Haryati
10. Muhamad Hudri (D)
11. Phoa Sin Liong / Syakir Permadi
12. Tertib Suratno
13. Benny Sumarsono
14. Suyitno Bramantyo
15. Wismono Wardono
16. Untung Senobroto
17. Bram Makahekum
18. Diah Ma'arif
19. Jarvis Steve (D)
20. Debbie Jarvis
41. Pat Moffit
21. Eddie Urip Irawan
22. Irawan Djajapurusa
23. Tjoa Giok Tjan
24. Tan Lay Hin
25. Eddie Sirgar
26. Irwan Rahardja
27. Gunawan Rahardja
28. Andy Irawan / Tun Kao (D)
29. Herman Wirawan / Kao Wie
30. Lim Coan Yung / Chandra
31. Tan Teng San
32. Kent Watters
33. Pamela Reigh
34. Tan Cun Seng
35. Y R Siddijaya
36. Wille / Wie Lie
37. Koko Indarto
38. Diane Ansberry (**)
39. Hale Ansberry (**)
40. Areng Widodo
Sumpah itu diucapkan pada peresmian sebagai berikut:
1. Saya milik Allah dan aku mematuhi keinginan Allah.
2. Saya setia hati batin saya.
3. Aku melayani Bapak Subur Rahardja.
4. Saya setia pada lingkaran latihan dan [pelatih] pelatih.
Tante Kwan, pemilik Kebon Jukut, meninggal pada tahun 1973.
Beberapa bulan setelah itu, Louise datang untuk tinggal diperpanjang ke Bogor dalam rangka untuk menikah Suhu. Pada tahun 1975, upacara pernikahan ini dihadiri oleh Louise putri, Halle dan Diane Ansberry. Setelah Suhu dan Louise menikah di Bali, situasi di Kebon Jukut selalu sibuk dengan banyak orang yang datang. Hal ini terutama karena memang Suhu di puncak karirnya. Louise hanya faktor kebetulan, tetapi tidak dapat disangkal bahwa dia selalu membantu PGB finansial.
Suhu pada saat itu menerima banyak hal dari Rendra, yang diakui Subur Rahardja sebagai nya 'Suhu'. Rendra dan Louise yang mengenal dan sering dikunjungi konsulat Indonesia, termasuk Benyamin, Adnan Buyung Nasution [pengacara dan aktivis politik], Sutan Takdir Alisyahbana [pencipta Bahasa Indonesia], Siter Sitomorang, Jenderal Ali Murtopo [kepercayaan Presiden Soeharto, Menteri Informasi] , dan Ibnu Sutowo [kepala Pertamina].
Suhu menerima mereka dalam t-shirt dan celana longgar. Tetapi kesederhanaan cara Suhu's mengungkapkan kehidupan silat yang benar-benar menarik. Mereka berhubungan dengan itu dan jatuh cinta dengan hal itu. Meskipun mereka datang pada awal karena mereka diundang, akhirnya mereka mengunjungi Suhu sendirian hanya untuk ngobrol.
Adnan Buyung Nasution, pengacara terkenal, pertama kali dikunjungi untuk menguji Suhu dengan pertanyaan: "Apakah inti dari hukum?" Hal ini dijawab oleh Suhu, "Kemanusiaan." Dari itu, ia yang pertama berpendapat bahwa Suhu adalah ngawur, segera menjadi kagum dengan pendapat Suhu yang sederhana namun mendalam tentang politik.
Pada tahun 1976, PGB menjadi Anggota IPSI Bogor.
Pada tahun ini, juga, dua cabang asing terbentuk:
1. Berkeley, Amerika Cabang PGB, dipimpin oleh:
• Gunawan Rahardja
• Max Palar
• Pat Moffit dan Robin
2. Jerman, Cabang PGB Eropa, yang dipimpin oleh:
Haryanto Tanara •
A Look Kembali di Cabang Jerman
Pada tahun 1974, Cabang Jerman dimulai oleh Haryanto Tanara. Setelah sekitar dua tahun, secara resmi terdaftar sebagai cabang PGB Jerman di institut olahraga Jerman - DSB - Sport Deutscher Bund.
Pada tahun 1976, cabang Jerman AD / ART [undang-undang dan aturan dasar] yang disesuaikan dengan aturan DSB. Suhu dan Haryanto Tanara bersama gerakan standar ke tingkat sabuk hitam garis tunggal.
orang Jerman pada awalnya tertarik pada PGB karena gerakan itu indah untuk dilihat. Setelah beberapa hari, mereka secara bertahap merasakan kebutuhan untuk melatih. pelatih itu harus kreatif dan tajam dalam menjawab berbagai banyak dan rinci ("rambut membelah") pertanyaan.
Pada tahun 1984, Haryanto Tanara kembali ke Indonesia dan gerakan di cabang [Jerman] dilanjutkan dengan lima Pewaris [pewaris], yaitu:
1. Holger Bormann
2. Christine Wigand
3. Klaus Wigand
4. Rovero Lilli
5. Boyan Herbst
Untuk sama dengan 18 Pewaris 'BAN', tahun 1981, Suhu meresmikan Pewaris 18 'Goan'.
Senin, 18 Oktober 2010
Latihan 17 okt di Bogor
LATIHAN 2 MINGGUAN PGB DI BOGOR 17 OKTOBER 2010 :
1. Tangkis serangan lawan (Kuasai Posisi diri), Tangkis serangan lawan yang ke 2 (kuasai posisi lawan = untuk membuat lawan tidak stabil), action / ambil lawan dengan tenaga di lengan
2. Pukul lawan, lalau lawan ambil dengan tolak perahu mau mengambil 2 kaki kita, geser sapuan sedikit dengan kaki pertama, lalu sambut kaki lawan dengan besetan dengan kaki ke 2 kita.
3. Tangkis luar pukulan lawan dengan geser kaki salah satu kebelakang, tarik lengan lawan kesamping badang dengan kedua kaki kita rapat
4. Belajar ambil serangan lawan dengan tidak memakai tenaga di pinggang dengan cara duduk di bangku / duduk di lantai.
- Bisa menggeser posisi bangku dengan menggunakan tenaga pinggang
- Bisa setabil, kursi diambil dari belakang, dengan konsentrasi tenaga di kaki.
Selesai.
KM
1. Tangkis serangan lawan (Kuasai Posisi diri), Tangkis serangan lawan yang ke 2 (kuasai posisi lawan = untuk membuat lawan tidak stabil), action / ambil lawan dengan tenaga di lengan
2. Pukul lawan, lalau lawan ambil dengan tolak perahu mau mengambil 2 kaki kita, geser sapuan sedikit dengan kaki pertama, lalu sambut kaki lawan dengan besetan dengan kaki ke 2 kita.
3. Tangkis luar pukulan lawan dengan geser kaki salah satu kebelakang, tarik lengan lawan kesamping badang dengan kedua kaki kita rapat
4. Belajar ambil serangan lawan dengan tidak memakai tenaga di pinggang dengan cara duduk di bangku / duduk di lantai.
- Bisa menggeser posisi bangku dengan menggunakan tenaga pinggang
- Bisa setabil, kursi diambil dari belakang, dengan konsentrasi tenaga di kaki.
Selesai.
KM
Rabu, 13 Oktober 2010
artikel TEMPO online 2 Juni 1984
02 Juni 1984
Riang riung bangau putih
BUMI perkemahan Pramuka di Cibubur, sekitar 20 km dari pusat Jakarta, semarak Sabtu pekan lalu. Sore itu, udara cerah. Angin bertiup semilir ketika sebuah acara: Riungan Para Pesilat Perguruan Silat Gerak Badan (PGB) Bangau Putih resmi dibuka. Sekitar 2.500 pesilat, sebagian besar anak murid Bangau Putih dari cabangnya di dalam dan luar negeri, ditambah wakil dari sedikitnya 13 perguruan silat terkemuka di Indonesia, hadir di acara yang sekaligus merupakan puncak acara ulang tahun ke-36 IPSI (Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia). Berkemah di sekitar 100 kemah hijau yangdipasang bertebar di bumi perkemahan itu, para pesilat bolehlah disebut mewakili hampir semua perkumpulan silat terkemuka di Indonesia. Mereka, antara lain, dari perkumpulan Macan Betawi, Cempaka Putih, Garuda Pasa, Maung Lugay, Pendekar Banten, dan Kujang Sakti. Tak ketinggalan pula tampak sejumlah sesepuh persilatan Indonesia, seperti pendiri dan bekas ketua umum IPSI Tjokropranolo, dan ketua umum yang sekarang, Eddy Maruki Nalapraya, wakil gubernur DKI. Riungan diselenggarakan kata Subur Rahardja, 59, pendiri dan suhu PGB Bangau Putih, selain untuk memperkenalkan identitas Bangau Putih, juga dimaksudkan untuk meningkatkan pembinaan pada pesilat Indonesia. "Saya ingin agar seluruh perguruan silat bisa bersatu dan mengutamakan persaudaraan," kata Subur. Harapan sang suhu ini tampak sederhana. Namun, tak syak lagi, tersirat sejumlah persoalan yang kini masih ada di kegiatan silat Indonesia, yang sejak 1936 diwadahkan dalam IPSI. Itulah pula sebabnya, dalam acara riungan - yang direncanakan berlangsung setlap tahun disediakan forum diskusi dan tukar-menukar pengalaman antara para anggota IPSI. "Lewat riungan semacam ini secara bertahap kita bisa lebih bersatu," kata ketua umum IPSI Eddy Nalapraya. Dan ganjalan itu memang segera tampak pada serangkaian diskusi atau tukar pikiran dalam acara tadi. Misalnya, yang tampak menonjol disoalkan ialah masalah standardisasi penilaian wasit di suatu pertandingan atau kejuaraan. Ketua umum IPSI Kabupaten Sukabumi Aim. K. Amrullah, misalnya, terus terang mengungkapkan ketidakpuasannya dalam soal perilaian tadi. "Sering terjadi kericuhan di pertandingan karena lemahnya sistem ini," katanya. Dia tak menyebutkan contoh-contoh. Namun, pelbagai kasus keributan yang terjadi sejak Kejuaraan Nasional Silat dimulai 1976 setidak-tidaknya bisa diambil sebagai contoh. Misalnya, yang agak menghebohkan tatkala berlangsung Kejurnas Silat III di Jakarta, 1979. Sejumlah pesilat dan pendukung Aceh hampir mengamuk ketika pesilat mereka, Ramli, dinyatakan kalah atas pesilat Nusa Tenggara Barat. Padahal, mereka menghitung sedikitnya dua kali Ramli mendaratkan pukulannya dan menjatuhkan lawannya dari NTB itu. "Masa pesilat NTB yang hanya memukul colak-colek dimenangkan," kata S. Tisna, manajer tim Aceh waktu itu. Banyak kasus lain yang dibicarakan di riungan. Dan itu memantulkan perlunya IPSI meningkatkan penelitian dan pengembangannya. Khusus tentang wasit, misalnya, dengan perkembangan silat dewasa ini, "Kita butuh wasit yang bertaraf internasional," kata Benny G. Rahardja, putra suhu Bangau Putih itu. Maksudnya, seorang wasit yang mengenal gerak atau jurus silat pelbagai aliran. "Paling tidak, dia harus bisa tegas membedakan mana gerakan yang layak disebut jurus silat, mana yang tidak," kata Benny. Dan ini, terus terang saja, tidak gampang. Maklumlah, di Indonesia saja, saat ini diketahui ada sedikitnya 820 aliran pencak silat. Belum lagi di pelbagai negara, seperti Filipina dan Malaysia. Walhasil, seperti dipesankan Subur Rahardja, "Litbang IPSI perlu terus digalakkan." Dan memang inilah yang agaknya mau dicapai lewat riungan yang berlangsung dalam suasana riang para pesilat itu.
Riang riung bangau putih
BUMI perkemahan Pramuka di Cibubur, sekitar 20 km dari pusat Jakarta, semarak Sabtu pekan lalu. Sore itu, udara cerah. Angin bertiup semilir ketika sebuah acara: Riungan Para Pesilat Perguruan Silat Gerak Badan (PGB) Bangau Putih resmi dibuka. Sekitar 2.500 pesilat, sebagian besar anak murid Bangau Putih dari cabangnya di dalam dan luar negeri, ditambah wakil dari sedikitnya 13 perguruan silat terkemuka di Indonesia, hadir di acara yang sekaligus merupakan puncak acara ulang tahun ke-36 IPSI (Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia). Berkemah di sekitar 100 kemah hijau yangdipasang bertebar di bumi perkemahan itu, para pesilat bolehlah disebut mewakili hampir semua perkumpulan silat terkemuka di Indonesia. Mereka, antara lain, dari perkumpulan Macan Betawi, Cempaka Putih, Garuda Pasa, Maung Lugay, Pendekar Banten, dan Kujang Sakti. Tak ketinggalan pula tampak sejumlah sesepuh persilatan Indonesia, seperti pendiri dan bekas ketua umum IPSI Tjokropranolo, dan ketua umum yang sekarang, Eddy Maruki Nalapraya, wakil gubernur DKI. Riungan diselenggarakan kata Subur Rahardja, 59, pendiri dan suhu PGB Bangau Putih, selain untuk memperkenalkan identitas Bangau Putih, juga dimaksudkan untuk meningkatkan pembinaan pada pesilat Indonesia. "Saya ingin agar seluruh perguruan silat bisa bersatu dan mengutamakan persaudaraan," kata Subur. Harapan sang suhu ini tampak sederhana. Namun, tak syak lagi, tersirat sejumlah persoalan yang kini masih ada di kegiatan silat Indonesia, yang sejak 1936 diwadahkan dalam IPSI. Itulah pula sebabnya, dalam acara riungan - yang direncanakan berlangsung setlap tahun disediakan forum diskusi dan tukar-menukar pengalaman antara para anggota IPSI. "Lewat riungan semacam ini secara bertahap kita bisa lebih bersatu," kata ketua umum IPSI Eddy Nalapraya. Dan ganjalan itu memang segera tampak pada serangkaian diskusi atau tukar pikiran dalam acara tadi. Misalnya, yang tampak menonjol disoalkan ialah masalah standardisasi penilaian wasit di suatu pertandingan atau kejuaraan. Ketua umum IPSI Kabupaten Sukabumi Aim. K. Amrullah, misalnya, terus terang mengungkapkan ketidakpuasannya dalam soal perilaian tadi. "Sering terjadi kericuhan di pertandingan karena lemahnya sistem ini," katanya. Dia tak menyebutkan contoh-contoh. Namun, pelbagai kasus keributan yang terjadi sejak Kejuaraan Nasional Silat dimulai 1976 setidak-tidaknya bisa diambil sebagai contoh. Misalnya, yang agak menghebohkan tatkala berlangsung Kejurnas Silat III di Jakarta, 1979. Sejumlah pesilat dan pendukung Aceh hampir mengamuk ketika pesilat mereka, Ramli, dinyatakan kalah atas pesilat Nusa Tenggara Barat. Padahal, mereka menghitung sedikitnya dua kali Ramli mendaratkan pukulannya dan menjatuhkan lawannya dari NTB itu. "Masa pesilat NTB yang hanya memukul colak-colek dimenangkan," kata S. Tisna, manajer tim Aceh waktu itu. Banyak kasus lain yang dibicarakan di riungan. Dan itu memantulkan perlunya IPSI meningkatkan penelitian dan pengembangannya. Khusus tentang wasit, misalnya, dengan perkembangan silat dewasa ini, "Kita butuh wasit yang bertaraf internasional," kata Benny G. Rahardja, putra suhu Bangau Putih itu. Maksudnya, seorang wasit yang mengenal gerak atau jurus silat pelbagai aliran. "Paling tidak, dia harus bisa tegas membedakan mana gerakan yang layak disebut jurus silat, mana yang tidak," kata Benny. Dan ini, terus terang saja, tidak gampang. Maklumlah, di Indonesia saja, saat ini diketahui ada sedikitnya 820 aliran pencak silat. Belum lagi di pelbagai negara, seperti Filipina dan Malaysia. Walhasil, seperti dipesankan Subur Rahardja, "Litbang IPSI perlu terus digalakkan." Dan memang inilah yang agaknya mau dicapai lewat riungan yang berlangsung dalam suasana riang para pesilat itu.
Selasa, 05 Oktober 2010
3 okt 2010 di Bogor
3 Oktober 2010 Dewan Guru dan Pelatih di Padepokan Bogor :
(ungkapan : Pedagogi X Endragogi = memberikan wawasan kepada anak kecil X memberikan wawasan kepada orang dewasa)
Tujuan :
Melatih tui-cu , sharring, intropeksi, menggali gagasan untuk sustainability , attitude pelatih,
Teknik presentasi
Evaluasi :
• Info minim
• Empati ke murid (contoh : gerak terlalu bagus, sehingga murid menganggap gerakannya sulit)
• Membangun simpati
• Tanya apa maunya
• Explorasi
• Datang 1 sampai 3 x, baru boleh bisa bergabung latihan
Guru :
Kalau murid tanya tentang kesehatannya , maka harus ditanya keluhannya.
Sosok pelatih harus bagaimana ? Bukan serta merta semuanya organisasi
Pengelompokkan kelas murid :
1. Anak usia 7-12 tahun
2. Remaja 13-18 tahun
3. Dewasa
4. Tua / kondisi khusus
Ada wacana : pembagian kelas ada juga berdasarkan Pria dan wanita
Urutan Melatih :
Apa nama gerakan
Diperlihatkan Bentuk gerakannya
Urut / runut hitungan geraknya
Harapan Murid yang akan didapat :
1. Diberikan kesempatan untuk diperlihatkan contoh cara bergeraknya oleh Pelatih
2. Digabung dengan gerak bersama Pelatih
3. Dievaluasi / diralat gerakannya oleh Pelatih (murid dibuat nyaman dan kurangi kata-kata). Atau ungkapan relax, kurangi kata jangan dalam perintah
Kompetensi :
Knowledge : Pengetahuan
Skill ; Mampu melakukan
Attitude : Kelakuan ( situasi kondisi, kesadaran, rasa)
Pak Irwan :
Dalam memberikan gerakan Pelatih kepada Murid :
1. Diberikan contoh gerakannya
2. Dalam memberikan contoh gerakan diusahakan tidak di depan murid, tapi disamping
Tahapan dalam melatih (Bung Jay said :)
1. Jelas
2. Nyaman
3. Runut / urut gerakannya
4. Tidak pakai kata JANGAN
Untuk murid dengan kondisi khusus : amati batas gerak maksimumnya
Pelatih harus mempunyai :
1. Kejelian
2. Otoritas kasih : Contoh mengatakan belum waktunya / tidak dalam memberikan gerak kepada murid)
Sharring :
Kasih gerakan untuk sesama teman yang sudah advance
Metode :
Memberikan contoh, tanpa kata
Menjelaskan
Mengalami
Mengoreksi tanpa kata
+ menjajaki untuk test kepada murid, untuk mengukur hafalan gerakan yang telah diberikan, sebelum diberikan gerkan selanjutnya
Guru :
Ada kasus : tidak sinkron
- Autis disuruh loncat, malah digerakkan kebalikannya
-Hyper
Sekarang ini ada banyak kasus Autis dan Hyper . Dan saatnya bedah kasus, untuk itu perlunya DIPIKIR. Tidak ada metode yang mutlak.
1. Komunikasi
2. Implikasi
3. Kembangkan
Tujuannya adalah : Cinta kasih dan menyembuhkan
Hyper – auti ada 3 kelas :
1. Menjerit –jerit
2. Bisa diajak berbicara, tapi mukanya berpaling dengan kita. Tidak mau bergerak
3. Bisa mengobrol, tapi tangan bergerak terus
Untuk itu SILAT PGB diuji = beyond ….= terasa unsur Mukadimah PGB
Bedah kasus : penting untuk mengetahui gerakan apa yang bisa diberikan kepada murid tersebut
- Untuk kasus Autis ; penanganannya :dipegang, jangan ngomong, dia pasti mengikuti kita, pada saatnya harus bisa dilepas lagi
- Untuk kasus Hyper : jangan dipegang
Yang perlu diingat :
- Metode
- Kompetensi
- Kondisi Khusus
Untuk autis pada perempuan kita biasa sebut : Red Syndrome, biasanya tingkah lakunya diam
Autis pada umumnya terjadi pada laki-laki
Ada lagi yang disebut PHOBIA. Miss Orientation
3 Kelas Hyper
1. …
2. Nyerocos terus bicaranya, tidak mau bergerak
3. Diajak berbicara, gerak – ngaca
Hyper yang kronis, jalannya jinjit. Ini harus diolah, dengan terapi pegang / elus kepalanya maka kemudian tidak jinjit lagi
Pak Irwan :
Kenyataan saja titik (Real), apa adanya.
Silat adalah seni belajar bela diri
(ungkapan : Reflektif = contoh pernyataan memang susah, faktanya kita ini jelek (to the point) dan de Reflektif = contoh pernyataan ; dunia ini tidak adil)
Sekian
km
(ungkapan : Pedagogi X Endragogi = memberikan wawasan kepada anak kecil X memberikan wawasan kepada orang dewasa)
Tujuan :
Melatih tui-cu , sharring, intropeksi, menggali gagasan untuk sustainability , attitude pelatih,
Teknik presentasi
Evaluasi :
• Info minim
• Empati ke murid (contoh : gerak terlalu bagus, sehingga murid menganggap gerakannya sulit)
• Membangun simpati
• Tanya apa maunya
• Explorasi
• Datang 1 sampai 3 x, baru boleh bisa bergabung latihan
Guru :
Kalau murid tanya tentang kesehatannya , maka harus ditanya keluhannya.
Sosok pelatih harus bagaimana ? Bukan serta merta semuanya organisasi
Pengelompokkan kelas murid :
1. Anak usia 7-12 tahun
2. Remaja 13-18 tahun
3. Dewasa
4. Tua / kondisi khusus
Ada wacana : pembagian kelas ada juga berdasarkan Pria dan wanita
Urutan Melatih :
Apa nama gerakan
Diperlihatkan Bentuk gerakannya
Urut / runut hitungan geraknya
Harapan Murid yang akan didapat :
1. Diberikan kesempatan untuk diperlihatkan contoh cara bergeraknya oleh Pelatih
2. Digabung dengan gerak bersama Pelatih
3. Dievaluasi / diralat gerakannya oleh Pelatih (murid dibuat nyaman dan kurangi kata-kata). Atau ungkapan relax, kurangi kata jangan dalam perintah
Kompetensi :
Knowledge : Pengetahuan
Skill ; Mampu melakukan
Attitude : Kelakuan ( situasi kondisi, kesadaran, rasa)
Pak Irwan :
Dalam memberikan gerakan Pelatih kepada Murid :
1. Diberikan contoh gerakannya
2. Dalam memberikan contoh gerakan diusahakan tidak di depan murid, tapi disamping
Tahapan dalam melatih (Bung Jay said :)
1. Jelas
2. Nyaman
3. Runut / urut gerakannya
4. Tidak pakai kata JANGAN
Untuk murid dengan kondisi khusus : amati batas gerak maksimumnya
Pelatih harus mempunyai :
1. Kejelian
2. Otoritas kasih : Contoh mengatakan belum waktunya / tidak dalam memberikan gerak kepada murid)
Sharring :
Kasih gerakan untuk sesama teman yang sudah advance
Metode :
Memberikan contoh, tanpa kata
Menjelaskan
Mengalami
Mengoreksi tanpa kata
+ menjajaki untuk test kepada murid, untuk mengukur hafalan gerakan yang telah diberikan, sebelum diberikan gerkan selanjutnya
Guru :
Ada kasus : tidak sinkron
- Autis disuruh loncat, malah digerakkan kebalikannya
-Hyper
Sekarang ini ada banyak kasus Autis dan Hyper . Dan saatnya bedah kasus, untuk itu perlunya DIPIKIR. Tidak ada metode yang mutlak.
1. Komunikasi
2. Implikasi
3. Kembangkan
Tujuannya adalah : Cinta kasih dan menyembuhkan
Hyper – auti ada 3 kelas :
1. Menjerit –jerit
2. Bisa diajak berbicara, tapi mukanya berpaling dengan kita. Tidak mau bergerak
3. Bisa mengobrol, tapi tangan bergerak terus
Untuk itu SILAT PGB diuji = beyond ….= terasa unsur Mukadimah PGB
Bedah kasus : penting untuk mengetahui gerakan apa yang bisa diberikan kepada murid tersebut
- Untuk kasus Autis ; penanganannya :dipegang, jangan ngomong, dia pasti mengikuti kita, pada saatnya harus bisa dilepas lagi
- Untuk kasus Hyper : jangan dipegang
Yang perlu diingat :
- Metode
- Kompetensi
- Kondisi Khusus
Untuk autis pada perempuan kita biasa sebut : Red Syndrome, biasanya tingkah lakunya diam
Autis pada umumnya terjadi pada laki-laki
Ada lagi yang disebut PHOBIA. Miss Orientation
3 Kelas Hyper
1. …
2. Nyerocos terus bicaranya, tidak mau bergerak
3. Diajak berbicara, gerak – ngaca
Hyper yang kronis, jalannya jinjit. Ini harus diolah, dengan terapi pegang / elus kepalanya maka kemudian tidak jinjit lagi
Pak Irwan :
Kenyataan saja titik (Real), apa adanya.
Silat adalah seni belajar bela diri
(ungkapan : Reflektif = contoh pernyataan memang susah, faktanya kita ini jelek (to the point) dan de Reflektif = contoh pernyataan ; dunia ini tidak adil)
Sekian
km
Langganan:
Postingan (Atom)