Mengenal Vedocq, Bapak Criminology Dunia Modern
Dunia investigasi, paling saya suka. Segala macam ilmu bisa tumpah di dalamnya. Siapa sangka, pencentus pertama ilmu ini berasal dari seorang kriminal. Mari simak sejarahnya sambil seruput kopi sedikit gula aren, wak. Kebetulan Pontianak sedang hujan sekarang.
Di dunia kriminal, ada maling yang ditangkap polisi, ada polisi yang memburu maling, dan ada Vidocq, makhluk mitologis abad ke-19 yang sukses memainkan dua peran sekaligus. Lahir di Arras, Prancis, pada 23 Juli 1775, Eugène-François Vidocq adalah kombinasi ajaib antara preman pasar, buronan ulung, sekaligus pendiri fondasi kepolisian modern. Kalau hidup di era sekarang, mungkin dia sudah jadi trending di TikTok dengan caption, “Dari napi jadi bapak kriminologi, no clickbait!”
Masa mudanya penuh drama. Vidocq kecil bukanlah bocah teladan yang rajin mengaji, tapi seorang petarung jalanan, penjudi profesional, dan maling kelas menengah ke bawah yang sering nongol di penjara. Dari balik jeruji itulah, ia belajar ilmu kriminal tingkat lanjut, mulai dari cara kabur dengan sendok karatan sampai teknik maling dompet dengan sekali dehem. Ironisnya, seluruh kurikulum kriminal itu justru menjadi modal intelektualnya kelak dalam menciptakan revolusi investigasi.
Tahun 1811, ketika polisi Paris kelabakan menghadapi gelombang kejahatan pasca-Revolusi, Vidocq menawarkan diri, “Dari pada saya maling terus, mending saya tangkap maling lain.” Awalnya dicurigai, tapi kemudian diterima. Lahirlah Brigade de Sûreté, pasukan elite berisi mantan kriminal yang diangkat jadi polisi. Ibarat Avengers, tapi versi preman pensiun. Strateginya simpel, siapa lebih paham otak maling kalau bukan maling itu sendiri?
Kontribusi Vidocq kemudian meledak bak kembang api. Ia pelopor metode investigasi modern, penggunaan informan, penyamaran kelas Oscar, pencatatan file kriminal, bahkan eksperimen forensik seperti cetakan gips, analisis tulisan tangan, hingga penggunaan kimia untuk mendeteksi dokumen palsu. Dengan kata lain, sebelum CSI bikin drama di Las Vegas, Vidocq sudah bikin laboratorium investigasi di abad ke-19, lengkap dengan gaya teatrikal ala Broadway.
Namun dunia investigasi tidak berhenti pada Vidocq. Setelah abad ke-19, lahirlah antropometri Bertillon untuk mengukur telinga, hidung, dan tinggi badan kriminal. Abad ke-20 datang dengan hadiah lebih keren, sidik jari jadi bukti sah di pengadilan, DNA jadi kitab suci forensik, dan komputer jadi dewa baru yang mengingat semua data kriminal lebih tajam dari memori mantan. Kini, investigasi bukan lagi sekadar soal kaca pembesar ala Sherlock, tapi juga mikroskop digital, algoritma kecerdasan buatan, dan kamera CCTV yang lebih setia mengawasi kita dari pasangan sendiri.
Di abad ke-21, polisi tak hanya menyamar di bar murahan, tapi juga di dunia maya. Hacker jadi buronan, cyber-crime jadi teater perang, dan wajah kita bisa dilacak dengan facial recognition lebih cepat dari satpam mall mendeteksi sandal jepit. Bahkan AI forensics mulai membaca pola kejahatan, seakan mesin ikut-ikutan jadi detektif. Vidocq pasti tepuk jidat di alam kubur, menyadari ilmunya yang dulu lahir dari naluri maling kini menjelma teknologi setara science fiction.
Tapi jangan lupa, seberapa canggih pun algoritma, dasar filsafat investigasi tetap sama seperti yang diwariskan Vidocq, untuk memahami kejahatan, kadang kita harus menatapnya dari dalam, merasakan denyut nadi kriminal, lalu menertawakan absurditas dunia yang membiarkan maling jadi bapak kriminologi.
Vidocq wafat di Paris pada 11 Mei 1857. Ironisnya, orang yang dulu dipenjara karena mencuri kini dikenang sebagai pionir metode investigasi modern. Dunia mungkin sudah berubah dari sendok karatan ke algoritma canggih, dari jejak sepatu di lumpur ke jejak digital di server, tapi satu hal tetap abadi, investigasi adalah seni menyingkap rahasia, dan Vidocq-lah maestro pertama yang memegang baton simfoninya
#camanewak
Rosadi Jamani
Ketua Satupena Kalbar#copa.fb
Rabu, 20 Agustus 2025
Mengenal Vedocq, Bapak Criminology Dunia Modern
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar